Ayu Husodo, Mengkonversi Kreativitas ke dalam Bisnis Handmade Lewat Strawberry Patch – Minat masyarakat Indonesia sebagai konsumen terhadap produk kerajinan tangan lokal bisa dikatakan fluktuatif dari waktu ke waktu. Ada kalanya berjaya, ada kalanya meredup di hadapan bangsa sendiri.
Kondisi seperti itu pun dialami oleh Ayu Husodo, wanita hebat di balik Strawberry Patch, yang sejak tahun 2007 sudah menggeluti bisnis produk handmade. Ayu memang tidak memulai bisnis ini di dalam negeri, tetapi seluruh perkembangannya terjadi di tanah air.
Baca Juga: Renaldy Philipus: Dari Hobi Jadi Bisnis dengan Penjualan Tinggi
Apa yang dijual Ayu Husodo lewat brand bisnisnya Strawberry Patch sebenarnya merupakan ide kreatif yang dikonversi menjadi produk handmade unik dan membuat nama brand-nya kian maju.
Namun, kondisi fluktuatif dari kecintaan masyarakat terhadap produk handmade khas lokal membuat perjuangan Ayu dalam mempertahankan dan terus mengembangkan bisnis ini patut mendapat sorotan. Seperti apa?
Ide dan Kreativitas Sosok Ayu Husodo Sebagai Pencipta Strawberry Patch
Hingga kini, Strawberry Patch sudah beberapa tahun aktif beroperasi dalam menjual produk handmade berbahan dasar kain.
Baca Juga: Budianto Simbolon, Dari Perusahaan Ternama Hingga Perusahaan Milik Sendiri
Seluruh produk yang dijual tak lepas dari kejelian Ayu dalam memadukan kain katun bermotif dengan kain katun batik cap dan merangkainya menjadi beragam jenis produk seperti tas, apparel khusus anak-anak, boneka dan berbagai pernak-pernik kecil lainnya.
“Ketika saya kecil, saya selalu suka dengan kain,” aku Ayu ketika ditanya mengapa beliau memilih untuk berbisnis produk tersebut.
Dalam menjajakan produknya, Ayu giat mengikuti beragam event maupun bazaar sejak tahun 2009 demi meningkatkan awareness masyarakat terhadap brand yang diusungnya dan produk yang dijualnya.
Hal tersebut juga menjadi metode yang paling efektif baginya mengingat sistem online marketplace belum populer kala itu.
Baca Juga: Putu Eko Filyawan, Mengabadikan Budaya Lewat Seni Kriya
Tiga tahun kemudian, Ayu memutuskan untuk membuka outlet khusus di sebuah mall yang baginya sangat potensial dalam mendongkrak penjualan bisnisnya sebab dikelilingi oleh kalangan ekspatriat.
Alasan utamanya adalah karena masyarakat Indonesia masih belum begitu banyak yang tertarik membeli karya tangannya, Ayu berpangku pada minat ekspatriat sebagai target pelanggan utama.
Di outlet itulah ia mulai mendapatkan respon positif terhadap produknya dari pelanggan yang 90% merupakan kalangan ekspatriat.
Memanfaatkan Internet Sebagai Pasar Potensial
Dengan pesatnya penetrasi internet ke tengah-tengah masyarakat, Ayu pun mulai melihat potensi lain dalam dunia internet.
Ia pun mulai memanfaatkan online marketplace untuk menjajakan produknya dan mencakup pelanggan baru. Tak lama berselang, ia juga memanfaatkan Instagram.
Baca Juga: Sani Aprilia, Mengembangkan Bisnis Berawal dari Sebuah ‘Proyek Coba-Coba’
“Karena promosi di Instagram itu lebih mudah, pelanggan pun cepat sekali memberikan respon ketimbang harus datang (ke outlet), ditambah, kan, sekarang produk bisa dikirim dalam hitungan jam saja,” tuturnya.
Bisnis yang terdiri dari tiga orang termasuk Ayu sendiri dan dua orang karyawan ini pun terus berupaya untuk mencakup lebih banyak pelanggan dan mengembangkan bisnisnya, khususnya dalam memanfaatkan internet sebagai pasar yang potensial.
Harga = Tantangan
Dalam dunia bisnis, harga produk akan selalu memunculkan dilema. Bila harga terlalu murah artinya margin profit terlalu kecil sehingga menjadi hambatan untuk terus mengembangkan bisnis manakala membutuhkan dana lebih. Bila terlalu mahal, minat membeli pun semakin mengerucut.
Baca Juga: Ahyana Rizky Pratama, Memantapkan Bakat IT Bersama KoinWorks & Hacktiv8
Penetapan harga terhadap suatu produk memang menyorot pandangan yang saling berlawanan. Bagi pengusaha seperti Ayu, harga yang dipatoknya sudah sesuai dengan kualitas yang ditawarkan, terutama karena produknya dibuat sendiri.
Sementara dalam pandangan konsumen, produk handmade yang brand-nya belum dikenal sekitar 4-5 tahun lalu terhitung mahal.
“Sekitar 4 -5 tahun lalu karena brand kita belum dikenal jadi dianggap mahal. Tapi, setiap barang yang kita buat itu berkualitas, jadi tidak hanya untuk dipakai sekali-dua kali. Kualitas tetap yang utama, karena kualitas itu, kan, berbanding lurus dengan harga,” terang Ayu.
Baca Juga: Kisah Anna Amanda: Bekerja Sekaligus Kuliah Tak Membuatnya Berhenti Berbisnis
Ayu juga menyoroti bahwa akhir-akhir ini sudah mulai banyak orang yang menyukai produk lokal, sehingga kondisi ini di satu sisi menguntungkan bagi bisnisnya.
“Dan kami itu, kan, menjual ide dan desain pada produk buatan kami, bukan sekedar menjual produk (asal jadi),” jelasnya.
“Dan kami itu, kan, menjual ide dan desain pada produk buatan kami, bukan sekedar menjual produk (asal jadi),”
Baginya, ciri khas merupakan sesuatu yang sangat penting dalam sebuah bisnis, terutama bagi yang menjual produk handmade.
Baca Juga: Dari Sepiring Berdua Hingga Jadi Pengojek, Dedy Irawan Bangkit Bersama Jaxine Sprei and Bedcover
Ia mengaku terus memantau minat pasar tanpa melupakan ciri khas yang dimiliki. Tak lupa ia juga menyematkan kualitas terbaik pada setiap produknya. Dengan begitu, harga yang dipatok akan selalu sesuai dengan apa yang dijual.
Perkembangan Bisnis dan Perkenalan dengan KoinWorks
Gigihnya Ayu Husodo dalam mengembangkan Strawberry Patch akhirnya mengantarnya ke peluang kerja sama dengan pihak ketiga untuk menjajakan produknya di tempat yang sangat potensial baginya. Hanya saja, dana yang dimilikinya ketika itu belum cukup untuk memenuhi biaya yang dibutuhkan.
Baca Juga: Bagus Juang, Bakat Baru di Bidang IT Hasil Kolaborasi KoinWorks & Hacktiv8
Menurutnya, dengan berkembangnya online marketplace itu artinya makin banyak orang yang berbelanja secara online. “Itu merupakan kondisi ritel yang tidak terlalu menggembirakan,” tuturnya.
Ia pun menambahkan, “Karena sudah ada toko offline dan kami tidak bisa menutup toko tersebut begitu saja, dan online marketplace pun tidak bisa diandalkan seratus persen, maka kami harus tetap punya tempat di mana pelanggan bisa melihat dan meraba produk secara langsung.”
Tawaran kerja sama itulah yang saat itu begitu melekat dalam strateginya. “Cashflow bisnis akan terganggu bila kami langsung mengambil tawarannya.”
Baca Juga: Dane and Dine: Lewat Produksi Sepatu, Pengusaha Muda Indonesia Merajai Penjualan Online
Ia pun kemudian merujuk pada lembaga keuangan yang lebih mapan, hanya saja baginya belum mampu mengakomodir kebutuhannya kala itu. Saat mengeksplor internet untuk mencari solusi pendanaan, ia pun sampai ke KoinWorks.
“Sebelumnya saya mencoba melalui bank. Prosesnya memang mendetil, namun pas saya cari di internet, saya menemukan KoinWorks”
“Sebelumnya saya mencoba melalui bank. Prosesnya memang mendetil, namun pas saya cari di internet, saya menemukan KoinWorks,” katanya.
Ia juga menambahkan bahwa, “Ternyata di Indonesia sudah ada (P2P Lending) KoinWorks dan yang paling penting ada logo ‘dilindungi oleh OJK’, jadi buat saya itu sangat penting karena kita, kan, tidak mau meminjam di tempat yang kita tidak tahu tempat itu seperti apa.”
Menurutnya, setelah mengetahui KoinWorks dan melihat penjelasan yang sangat detil di website KoinWorks, dari situlah ia merasa mantap untuk mencobanya.
Proses Pengajuan Pinjaman Modal Usaha KoinWorks di Mata Ayu Husodo
Bagi Ayu, proses pengajuan pinjaman di KoinWorks sangat berbeda dengan lembaga keuangan yang lebih mapan.
“Di KoinWorks dokumen legal tetap diperlukan, tetap diteliti, namun prosesnya lebih mudah karena bukan masalah ada agunan atau tidak, tapi saya merasa bahwa di KoinWorks ketika kita datang meminta bantuan, mereka ada dan percaya pada kita.”
Bagi Ayu, seluruh proses pengajuan pinjaman modal usaha yang melibatkan dirinya sangat mudah. ”Dan siapapun yang saya telpon ketika saya panik, ‘Ini jadi saya dapat (pinjaman) atau engga?’, mereka (tim KoinWorks) itu selalu helpful dan tenang, ‘Ibu, ini prosesnya sudah sampai sekian.’ Jadi saya tidak panik lagi,” kenang Ayu begitu antusiasnya.
“Ternyata, setelah mengajukan pinjaman, ada proses selanjutnya yakni proses pendanaan dimana lender akan memasukkan uang. Jadi bagi saya prosesnya sangat jelas dan transparan.”
Seluruh proses pengajuan pinjaman modal usaha di KoinWorks bagi Ayu sangat mudah dan tidak berbelit-belit. “Prosesnya tidak sampai dua minggu dari pengajuan hingga mendapat dana yang dibutuhkan.”
Dengan dana tersebut, Ayu dan Strawberry Patch pun bisa bekerja sama dengan pihak ketiga dalam rangka menjajakan produk bisnisnya di tempat baru. Di tempat tersebut, menurut Ayu, penjualan produk terus meningkat.
“Kalau KoinWorks tidak datang dan membantu, mungkin peluang bagus itu akan lepas begitu saja,”
Ia juga menambahkan bahwa pinjaman modal usaha dari KoinWorks membuatnya bisa memanfaatkan peluang bagus tersebut, dan dari situ ia bisa memproduksi barang dengan jumlah yang lebih banyak.
“Dan saya bisa tetap tenang karena karyawan saya juga tetap bisa bekerja, bisa tetap memproduksi barang, dan tidak hanya berjualan di satu tempat saja.”
Dengan bantuan pendanaan Anda sebagai investor di KoinWorks, Ayu Husodo dan Strawberry Patch kini memiliki lebih dari satu outlet untuk berjualan dan menghasilkan tingkat penjualan yang lebih baik. Ia pun justru tertarik untuk menjadi Pendana di KoinWorks.
“Suatu saat saya harus menjadi lender di KoinWorks karena saya sudah merasakan betapa enaknya dibantu sama KoinWorks, jadi UKM lain juga harus bisa merasakan apa yang sudah saya rasakan. Sangat mudah mendapat pendanaan, prosesnya cepat dan tidak berbelit-belit.
Kesan, Pesan, dan Ucapan Terima Kasih dari Ayu Husodo Kepada Kita Semua
Pengalaman Ayu Husodo bisa dibilang tak terlupakan baginya. Memanfaatkan internet dalam mengembangkan bisnis dan mendapatkan pendanaan adalah sesuatu yang begitu berkesan baginya.
Terutama bagi upayanya dalam mengkonversi kreativitas ke dalam bisnis homemade lewat Strawberry Patch. Ia pun memberikan kesan dan pesan bagi kita:
“Keep up the good work untuk membantu UKM karena banyak UKM yang sebenarnya bagus, maju, bisa berkembang tapi mereka terbentur di pendanaan.”
“Untuk teman-teman UKM, jangan patah semangat terbentur pendanaan, ketika lembaga pembiayaan yang sudah lebih mapan mengatakan ‘tidak’, itu bukan berarti end of the business. Bahwa ternyata masih ada pihak pendanaan yang lain seperti KoinWorks yang siap membantu UKM untuk berkembang lebih baik.”
“Tanpa lender (di KoinWorks), kami tidak akan ada dalam tahap seperti ini, dari satu (outlet) menjadi tiga, jadi from the deepest of my heart, terima kasih banyak dan saya berharap suatu hari nanti saya akan ada di posisi seperti itu (lender) untuk bisa membantu yang lain juga.”
Ayu Husodo hanyalah satu dari sekian banyak pengusaha yang sangat terbantu dengan pendanaan Anda di KoinWorks.
Bisnisnya yang kini semakin maju merupakan salah satu wujud nyata dukungan Anda lewat investasi yang dilakukan lewat KoinWorks, yang selain berpengaruh dalam perkembangan bisnisnya, juga akan berpengaruh dalam peningkatan perekonomian nasional.
Ayo berinvestasi lewat KoinWorks dan mari dukung perkembangan lebih banyak UKM!