Indonesia Ekonomi Outlook 2020, Bagaimana Laju di Kuartal IV? – Tahun 2020 bisa dibilang merupakan tantangan besar bagi keberlangsungan ekonomi global.
Tidak hanya Indonesia saja, tetapi banyak negara besar di dunia yang juga mengalami gejolak ekonomi.
Hal ini disebabkan karena pandemi virus COVID-19, yang sangat dahsyat sehingga membuat ekonomi Indonesia 2020 juga terkena dampak secara signifikan.
Di Indonesia sendiri, sejak kemunculan awal virus COVID-19 di awal bulan Maret lalu, laju ekonomi berjalan lambat bahkan cenderung negatif.
Penguncian wilayah atau lockdown diberlakukan di sejumlah negara untuk menghindari penyebaran virus COVID-19.
Nah di Indonesia, juga diberlakukan PSBB yang bahkan dilakukan secara dua sesi.
Pertama pada awal bulan April, lalu yang kedua di bulan September lalu.
Akibatnya industri juga lesu, bahkan pengurangan karyawan dan kenaikan harga komoditas berlangsung dimana-mana.
Dilansir dari Tirto, International Monetary Fund pun mencatat dalam laporan World Economic Outlook edisi April 2020, memangkas angka pertumbuhan ekonomi global.
Baca Juga: 5 Dampak Resesi Ekonomi Bagi UKM Indonesia, dan Cara Mengatasinya
Maka, jika pada Januari IMF memprediksi ekonomi global tumbuh sebesar 3,3 persen pada pada bulan April lalu prediksi tersebut dipangkas menjadi minus 3 persen.
Dengan adanya revisi tersebut, IMF bahkan menyebut ekonomi global 2020 menjadi yang terburuk setelah Great Depression pada tahun 1930-an dan lebih buruk dari krisis global pada 2008-2009.
Di bulan Oktober ini, ekonomi Indonesia sendiri saat ini sudah masuk ke dalam fase kuartal IV-2020.
Lalu, bagaimana prediksi laju perkembangan ekonomi Indonesia 2020? Berikut akan kami rangkumkan poin-poin pentingnya.
Daftar Isi
Indonesia Mengalami Resesi?
Bukan lagi sebuah ancaman, resesi ekonomi sudah terjadi di negara Indonesia.
Seperti yang kita ketahui, kebanyakan negara di dunia mengalami kemunduran ekonomi, akibat dari pandemi COVID-19.
Sebenarnya, dilansir dari CNBC Indonesia, negara Indonesia sendiri sudah mengalami kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB).
Pada kuartal II-2020, PDB sudah berkontraksi negatif sebesar minus 5,32% dan kemungkinan akan kembali berkontraksi pada kuartal III-2020.
Dilansir dari Warta Ekonomi, sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020.
Baca Juga: Resesi Ekonomi: Apa Itu Resesi Ekonomi dan Apa Saja Indikatornya?
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 pada kuartal III akan berada di kisaran -2,9% hingga -1,1%.
Angka tersebut lebih dalam jika dibandingkan dengan proyeksi awalnya, yakni sebesar -2,1% hingga 0%.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 hingga akhir tahun akan berada di kisaran -1,7% hingga -0,6%. Sebelumnya, proyeksi Sri Mulyani berada di kisaran -1,1% hingga +0,2%.
Adapun, salah satu hal yang membuat hal ini terjadi adalah adanya mobilitas yang terhambat.
Padahal, mobilitas masyarakat menjadi tolak ukur untuk mengetahui seberapa cepat laju roda perekonomian.
Banyak usaha dan industri yang mengandalkan keramaian, dan akan berhenti ketika kegiatan masyarakat berkurang atau berhenti.
Dilansir kembali dari CNBC Indonesia, berdasarkan laporan Analisis Hasil Survei Dampak COVID-19 terhadap Pelaku Usaha keluaran BPS, dari 34.559 unit usaha yang disurvei nyaris 83% mengaku mengalami penurunan pendapatan.
Terlebih lagi, sebanyak 84,2% pelaku Unit Usaha Kecil (UMK) mengaku mengalami penurunan, sementara Unit Usaha Besar (UMB) adalah 92,29%.
Industri yang menjadi salah satu roda penggerak terbesar ekonomi Indonesia mengalami kemunduran, tentu saja keadaan ekonomi yang menurun tidak terelakan lagi.
Laju Ekonomi Kuartal IV Diramal Negatif, Haruskah Khawatir?
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2020 diperkirakan masih mengalami pertumbuhan negatif sebesar -1,75% hingga 0,75%.
Pertumbuhan ekonomi akan masih terkontraksi, selama pemulihan ekonomi akibat dampak dari virus COVID-19 masih terus lemah.
Ditambah, dengan adanya ketidakpastikan vaksin virus Corona, dan penanganan pandemi yang cenderung lambat.
Tetapi walaupun Indonesia mengalami resesi, sebenarnya bukan berarti keadaan menjadi sangat buruk.
Kita boleh waspada namun tak perlu khawatir berlebihan.
Baca Juga: Investasi Sebagai Penggerak Roda Perekonomian Indonesia: Apa dan Bagaimana?
Hal ini dikarenakan, dalam menilai sebuah resesi, sangat penting dilakukan perbandingan yang adil dan perspektif yang luas. Alasannya karena semua negara besar di dunia pun mengalami resesi ekonomi.
Namun dilansir dari bisnis.com menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementrian Keuangan, Febrio Kacaribu, resesi ekonomi Indonesia hanya -1,7 persen hingga – 0,6 persen dan dinilai lebih baik kondisinya dari perekonomian negara lain.
Katakanlah, negara India yang tercatat hingga -24%, dan mayoritas negara lain terkontraksi di kisaran 10 persen – 15 persen.
Sebagai informasi, kuartal III-2020 telah berakhir pada akhir September dan kita telah memasuki kuartal IV-2020.
Tapi, pengumuman realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 atau produk domestik bruto (PDB), baru akan dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tanggal 5 November 2020.
Bagaimana Dengan Prediksi Laju Ekonomi di Kuartal I-2021?
Melihat keadaan Indonesia yang masih mengalami kesulitan dalam menghadapai pandemi virus Corona, adanya resesi ekonomi masih mengancam sampai kuartal tahun depan.
Dengan adanya pandemi yang tak kunjung mereda ini, membuat masyarakat luas juga lebih hati-hati dan berhemat dalam melakukan pengeluaran.
Hal ini didukung dengan lemahnya daya beli masyarakat, sehingga pertumbuhan ekonomi akan dinilai stagnan bahkan cenderung melemah.
Adapun, daya beli masyarakat menjadi salah satu faktor signifikan yang akan melaju roda perekonomian.
Adanya daya beli, membuat kegiatan produksi ekonomi akan berjalan.
Bayangkan jika hal tersebut menurun? tentu kegiatan produksi khususnya industri manufaktur akan tersendat.
Pabrik akan bekerja secara minimal dan tak efektif, sehingga tak ada pergerakan penjualan yang menyebabkan ekonomi tidak meningkat.
Dilansir dari Tempo, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2020 mengalami deflasi sebesar 0,05 persen.
Deflasi pada September ini membuat laju IHK sepanjang tahun kalender mengalami inflasi sebesar 0,89 persen (year to date/ytd).
Sementara itu, laju IHK tahunannya tercatat berada di posisi inflasi sebesar 1,42 persen (year-on-year/yoy).
Dari pembahasan di atas, diharapkan kamu lebih terinformasi terhadap keadaan ekonomi Indonesia 2020 yang sekarang telah memasuki kuartal IV.
Demi menghadapi hal ini dengan baik, pastikan kamu lebih bijak dalam mengatur finansialmu.
Jangan lupa untuk tetap siapkan dana darurat, mengembangkan kualifikasi diri dan terus berinvestasi.
Walaupun mungkin keuangan sedang melemah, tetap sisihkan dana untuk investasi.
Tidak perlu banyak kok, yang penting tetap ada.
Sekarang ini banyak instrumen yang bisa kamu pilih, mulai dari saham, forex, hingga reksa dana.
Namun, jika kamu masih seorang investor pemula, bisa mempelajari fundamental investasi dengan melakukan pendanaan di KoinP2P dari KoinWorks.
KoinWorks sendiri adalah aplikasi finansial yang memiliki beragam produk keuangan, khususnya peer-to-peer lending.
Dengan mendanai di P2P lending, kamu akan mendanai beragam pinjaman yang bisa kamu pilih kualifikasi atau gradenya sesuai dengan preferensi.
Di KoinP2P dari KoinWorks, kamu bisa memulai pendanaan mulai dari Rp100.000 dan mendapatkan imbal hasil efektif hingga 18% per tahun.
Ingin imbal hasil terprediksi hingga 13% per tahun? Bisa mendanai di KoinRobo.
Tak hanya itu, kamu juga bisa melakukan nabung emas melalui KoinGold di Aplikasi KoinWorks.
Emas merupakan instrumen safe haven, yang artinya nilainya akan tetap bertahan meskipun pasar ekonomi mengalami gejolak seperti sekarang.
Alternatif lainnya, kamu bisa melakukan investasi Surat Berharga Negara milik pemerintah melalui KoinBond.
Investasi SBN tak perlu dipertanyakan lagi keamanannya, karena 100% dijamin pemerintah.
Selamat melakukan pendanaan serta investasi dan semoga berhasil!