Berbagai Macam Instrumen Investasi – Instrumen investasi merupakan pilihan aset di mana Anda akan menanamkan modal ke dalamnya.
Anda bisa memilih instrumen investasi apa yang akan Anda pakai guna memberikan pendapatan yang sesuai dengan kebutuhan di masa depan.
Sebelum menentukan instrumen yang akan dibeli, langkah awalnya adalah menentukan dulu tujuan Anda berinvestasi.
Baca Juga: 5 Aturan Penting Soal Permainan Uang yang Harus Kamu Tahu
Banyak orang yang gagal memetik hasil dari pengelolaan dana mereka karena salah dalam memutuskan instrumen investasinya.
Berbagai Macam Instrumen Investasi
Hasilnya tidak seperti yang diharapkan, bahkan cenderung “merugi” karena sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun dengan ekspektasi yang tinggi sedangkan revenue-nya hanya 30 persen dari nilai modal awal.
Baca Juga: Investasi Sebagai Pendapatan Utama: Apa dan Bagaimana?
Untuk meminalisir potensi kegagalan dalam berinvestasi, maka hindari kegagalan dalam memilih instrumennya sejak awal. Untuk apa Anda berinvestasi? Membeli rumah? Membiayai kuliah anak? Jalan-jalan ke luar negeri? Ibadah haji dan umroh?
Hitung terlebih dulu biayanya sejak sekarang, berapa nilai yang bisa secara konsisten Anda keluarkan per bulan, berapa ekspektasi hasilnya di akhir periode investasi tersebut.
Hitung Efek Compounding Investasi Anda
Jangan lupa pula untuk mempertimbangkan resiko-resiko yang mungkin terjadi. Setiap portofolio memiliki potensi kerugiannya masing-masing, dan Anda harus mengukur hal tesebut agar bisa mengelola kerugian.
Ingat selalu bahwa tidak ada instrumen investasi yang terbaik, yang ada hanyalah investasi yang terkelola.
Baca Juga: Apa Itu Efek Compounding Dalam Investasi dan Seperti Apa Manfaatnya?
Salah satu instrumen investasi adalah obligasi. Mirip dengan deposito, namun obligasi tidak termasuk produk perbankan.
Kalau deposito diterbikan oleh pihak bank, sedangkan obligasi oleh pemerintah atau perusahaan. Perbedaan lainnya adalah obligasi bisa diperdagangka. Beda dengan deposito yang hanya bisa dimiliki oleh nasabah tanpa bisa menjual ke pihak ketiga.
Obligasi biasa disebut juga dengan istilah ‘surat hutang’. Perusahaan atau pemerintah membutuhkan dana untuk program dan biaya operasional mereka.
Baca Juga: Cara Kerja KoinWorks dalam Hal Pendanaan Fintech Lending
Untuk mendapatkan dana segar, maka perusahaan lalu menerbitkan surat utang yang dijual ke investor. Ini yang nantinya akan menjadi perhitungan keuntungan atau bunga saat perusahaan mencetak laba.
Mengapa perusahaan lebih memilih investor daripada bank? Karena bunga yang harus dibayarkan kepada investor jauh lebih rendah dibandingkan kalau bayar ke bank.
Faktor mengapa bank menerapkan bunga yang lebih tinggi karena dipengaruhi oleh kebijakan Bank Indonesia dalam menetapkan suku bunga, lalu bank menawarkan bunga kompetitif kepada nasabah, dan tentunya kepada pihak peminjam bank mengambil marjin keuntungan dari selisih bunganya.
Baca Juga: 10 Ide Bisnis Online yang Wajib Dicoba Sekarang Juga
Sedangkan pihak investor, baik perorangan maupun lembaga, sifatnya bersifat langsung dan tidak dipengaruhi oleh pihak ketiga.
Dan mengapa investor lebih tertarik, karena bunga yang diterima bisa lebih tinggi daripada bunga deposito. Kisarannya antara 3 hingga 5 persen.
Jika Anda tertarik dengan obligasi, Anda harus melakukan analisis terlebih dulu tentang perusahaan penawar surat utang tersebut.
Dan jangka waktunya biasanya lebih dari satu tahun dan harus mau menerima resiko apabila perusahaan tersebut merugi.
Baca Juga: 6 Pelajaran Berharga dari Rich Dad Poor Dad
Maka wajar kalau pihak penerbit berani menawarkan bunga yang lebih tinggi karena resikonya juga tidak bisa dikatakan rendah.
Instrumen investasi lainnya adalah saham. Instrumen ini sudah mulai populer baik di kalangan pelaku usaha, kaum profesional maupun masyarakat umum seperti mahasiswa dan ibu rumah tangga.
Saham sangat menarik karena potensi keuntungannya juga cukup tinggi. Bagi perusahaan, menerbitkan saham adalah salah satu cara untuk mendapatkan modal tambahan selain obligasi.
Baca Juga: Langkah Penting yang Harus Dilakukan Untuk Menjadi Seorang Miliuner
Hanya “resiko” yang terjadi adalah, kepemilikan perusahaan sudah tidak ekslusif lagi. Artinya, “orang luar” bisa saja mengintervensi keputusan-keputusan manajemen kalau memiliki porsi saham yang besar.
Jika Anda berniat untuk membeli saham, maka Anda berpeluang mendapatkan dividen yang dibagikan setiap tahun (kalau untuk jangka panjang).
Untuk investasi jangka pendek, investor bisa mendapatkan marjin keuntungan antara harga jual dan harga beli. Apalagi kalau saham-saham tersebut bergerak cukup aktif dalam waktu beberapa hari.
Baca Juga: Bagaimana Sebenarnya Cara Berpikir Orang Kaya?
Meski demikian, ada pula resiko dalam menanam investasi seperti perusahaan yang bangkrut atau direkturnya berurusan dengan masalah hukum. Ini bisa berpengaruh terhadap harga saham.
Berinvestasi pada usaha yang sudah jalan sebenarnya lebih menjanjikan karena Anda bisa terlibat langsung dalam memantaunya.
Untuk bisa mencari bisnis yang prospektif, selain bisa melalui kenalan langsung Anda, bisa juga dengan memanfaatkan website peer to peer lending seperti KoinWorks.
Baca Juga: 2 Aturan Penting Soal Uang yang Harus Anda Pahami dan Terapkan
Selain profil bisnisnya lebih selektif, Anda tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk memilih bisnis yang cocok dengan passion Anda.