Percakapan Tentang “Uang” yang Tidak Dapat Anda Hindari – Banyak topik yang dapat dibahas ketika berkumpul bersama keluarga, teman, atau bahkan saat bertemu dengan pasangan.
Mulai dari topik yang tidak penting seperti gosip tetangga, hingga topik yang jauh lebih penting seperti hal-hal yang berkaitan dengan keuangan/finansial.
Pada artikel kali ini, KoinWorks akan membahas tentang percakapan-percakapan apa saja yang sering dilontarkan oleh orang-orang terdekat Anda. Mungkin beberapa tidak bisa Anda hindari dan keadaan mengharuskan Anda merespon percakapan tersebut.
Mari simak selengkapnya di bawah ini!
Daftar Isi
Percakapan Tentang “Uang” yang Tidak Dapat Anda Hindari
Percakapan dengan Pasangan
“Akhir bulan ini uang kita tinggal sedikit, ke mana saja uang itu pergi?”
Pertanyaan ini sering terlontar dari mulut masing-masing pasangan, entah dari pria ke wanita atau sebaliknya. Sederhana, namun membutuhkan jawaban yang relevan disertai bukti yang valid.
Jika Anda tidak bisa menjawab pertanyaan ini, bisa-bisa Anda dan pasangan Anda mengalami pertengkaran hebat.
Mengingat riset dari Kementrian Agama (2014), ada sebanyak 24% kasus perceraian disebabkan oleh masalah ekonomi. Mungkin di tahun 2019 ini jumlahnya bisa lebih dari 24% kasus perceraian akibat “uang”.
Setiap pasangan perlu melakukan diskusi dan kompromi tentang hal ini. Walaupun jika keuangan Anda dan pasangan Anda sedang dalam kondisi yang baik, Anda juga harus tetap memeriksanya secara rutin. Terlebih saat prioritas Anda mengalami perubahan.
Apa yang harus Anda lakukan?
Mulailah bekerja sama untuk membuat catatan/jurnal keuangan yang berisi bukti pengeluaran Anda dan pasangan Anda setiap bulannya. Ini juga merupakan langkah yang tepat untuk membuat rencana keuangan jangka panjang.
“Apakah rencana pensiun kita sesuai dengan rencana awal yang kita tetapkan?”
Idealnya, Anda membutuhkan sekitar 8-10 kali gaji tahunan Anda untuk menjamin keuangan Anda di masa pensiun. Maka tidak heran, pasangan Anda mulai menanyakan hal semacam ini demi kebebasan finansial keluarga Anda di masa mendatang.
Sebab, berdasarkan riset Aging Asia yang dikeluarkan oleh Manulife Asset Management, biaya pengeluaran saat pensiun mencapai angka 94% dari pengeluaran di saat sebelum pensiun.
Lalu, yang harus Anda lakukan sekarang untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah mulai memeriksa tabungan pensiun Anda dan pasangan Anda. Amati dan cermati.
Jika ada tanggapan “khawatir tidak bisa pensiun di usia 50” misalnya, Anda bisa hitung dengan menggunakan kalkulator rencana pensiun untuk hasil yang lebih akurat.
Langkah lain yang bisa Anda ambil adalah meminta bantuan perencana keuangan berlisensi. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi Anda untuk mendapatkan saran dan solusi terbaik yang objektif agar rencana pensiun Anda tetap sesuai dengan harapan Anda.
“Apakah investasi adalah cara terbaik untuk memperbaiki keuangan kita?”
Perbedaan pendapat sering terjadi di antara pasangan, terutama saat berurusan dengan uang. Mulai dari kebingungan mencari uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup, sampai keraguan mengeluarkan uang untuk modal investasi.
Jika salah satu dari Anda berpikir bahwa “investasi itu harus, kita bisa kaya dengan investasi” tapi yang lainnya memiliki pemikiran berbeda seperti “aku tidak rela kehilangan uang kita”. Perdebatan ini akan terus berlanjut jika tidak ada yang mau menjelaskan dan mendengarkan.
Bahkan, Anda dan pasangan Anda akan terus berbelok ke arah yang tidak jelas dan tidak akan pernah bisa menikmati kebebasan finansial. Semuanya tergantung pada kerja sama antara Anda dan pasangan Anda.
Salah satu solusinya adalah mencoba. Mulai jelaskan kepada pasangan Anda tentang keuntungan dan risiko beinvestasi, beri ia pengertian. Kemudian, inilah saatnya Anda memperbanyak aset di portofolio investasi Anda.
Untuk memulainya, Anda bisa coba di KoinWorks, platform yang menghubungkan Anda sebagai pendana dengan peminjam dari berbagai kalangan.
Jangan lupa untuk menambah wawasan Anda mengenai investasi, pelajari dengan seksama bagaimana cara memilih investasi terbaik dengan mempertimbangkan toleransi risiko yang dihadapi.
Pada intinya, temukan titik tengah dan berusaha saling mengerti keinginan masing-masing pihak. Hindari sikap egois dan ingin menang sendiri, karena itu bisa jadi bumerang bagi Anda yang akan berakhir dengan penyesalan.
Percakapan dengan Anak
“Kamu tidak membutuhkannya, tapi menginginkannya!”
Menentukan antara sesuatu yang penting dan tidak penting dapat mengarahkan kebiasaan anak dalam mengelola keuangan mereka. Serta mengajarkan bahwa perlunya memprioritaskan sesuatu, selain dari barang-barang yang mereka inginkan.
Anda bisa mulai membicarakan topik ini di saat anak Anda sudah menjejaki sekolah dasar atau sekolah menengah pertama. Di usia itu, anak-anak cenderung mengikuti apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orangtuanya, secara perlahan mereka akan mengerti dan membawa kebiasaan baik tersebut di seumur hidupnya.
Berdasarkan survei dari perusahaan investasi Schwab and the Boys & Girls Clubs of America, 60% remaja mengatakan bahwa belajar tentang pengelolaan uang adalah sebuah prioritas yang utama.
Mulailah dengan memperlihatkan salinan anggaran rumah tangga Anda. Tunjukkan dan terangkan secara detail apa yang harus dilakukan anak Anda selanjutnya.
Manfaatkan aplikasi pada ponsel Anda atau anak Anda (jika sudah punya). Jika memang sulit, beri saja mereka catatan kecil yang bisa dibawa kemanapun ia pergi.
“Ayo kita lihat ke mana uang kamu pergi!” merupakan pembuka percakapan yang tepat. Sajikan dengan simulasi menarik agar anak Anda tertarik untuk mendengarkan dan memperhatikan dengan seksama.
“Mari kita rencanakan cara terbaik untuk membayar kuliahmu!”
Walaupun kewajiban membayar kuliah anak masih ditanggung orangtua, tidak ada salahnya mulai merencanakan biaya kuliah untuknya. Siapa tahu ketika anak Anda sudah bekerja, ia mampu membayar kuliah sendiri dan membutuhkan pembelajaran ini untuk mengelola keuangannya.
Penelitian dari ZAP Finance mengatakan bahwa rata-rata kenaikan biaya pendidikan di Indonesia mencapai 10% – 20% per tahun. Persentase ini bisa Anda jadikan dasar untuk menghitung kebutuhan biaya kuliah anak Anda di masa depan.
Sebagai orangtua yang baik, Anda harus mencari tahu bagaimana memasukkan anak Anda di perguruan tinggi yang tepat tanpa berutang. Mengapa? Karena secara tidak langsung, hal tersebut bisa mempengaruhi kondisi anak Anda.
Usahakan untuk melibatkan anak Anda ke dalam diskusi saat membuat perencanaan biaya kuliah. Tidak harus menunggu anak Anda tertarik dengan pembicaraan perkuliahan, Anda bisa berinisiatif membuka percakapan baru.
Saat anak Anda menjejaki sekolah menengah atas, inilah waktu yang tepat untuk berdiskusi dan memperkenalkan biaya kuliah kepada mereka.
Dalam hal ini, Anda perlu membicarakan tentang cara membagi pengeluaran dan eksplorasi berbagai kemungkinan, seperti memanfaatkan beasiswa dan semacamnya.
Diskusikan juga cara terbaik membayar kuliah dengan pasangan Anda. Pada kenyataannya menyimpan uang dalam bentuk tabungan biasa tidak akan cukup karena Anda harus melawan inflasi yang fluktuatif (tidak menentu).
Dengan demikian, Anda sebagai orangtua perlu mempersiapkan sesuatu yang lebih dari sekadar tabungan, misalnya investasi di peer-to-peer lending.
Percakapan dengan Orangtua
“Sudahkah Bapak/Ibu memikirkan asuransi jangka panjang?”
Daripada menitipkan orangtua di panti jompo, lebih baik mengurus asuransi jiwa dan kesehatan untuk jangka panjang. Selain karena biayanya yang mahal, menitipkan orangtua di panti jompo merupakan salah satu pilihan yang buruk.
Dengan adanya asuransi jangka panjang, tentu saja akan membantu menutupi biaya dengan jumlah yang tidak masuk akal seperti itu. Pastinya orangtua Anda juga tidak ingin jauh dari anaknya, mereka pun akan merasa tidak nyaman bila tinggal di tempat lain.
Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mendiskusikan hal ini kepada orangtua Anda mengenai keuntungan dan manfaat menggunakan asuransi.
Yakinkan mereka kalau “asuransi dapat menjamin kehidupan Bapak/Ibu, sehingga tidak perlu khawatir lagi dengan biaya-biaya lainnya”, kira-kira begitulah yang bisa Anda ucapkan di hadapan orangtua Anda.
“Dalam kondisi darurat, siapa yang Anda percaya untuk mengelola keuangan Anda?”
Kondisi mendesak yang dimaksud di sini adalah kondisi saat orangtua Anda mengalami hal-hal yang tidak diharapkan, misalnya tiba-tiba lumpuh dan didiagnosa stroke. Maka saat itu pula, dibutuhkan surat kuasa agar keuangan orangtua Anda bisa dipindahtangankan ke orang yang mereka percaya.
Anda bisa membicarakan hal ini sekarang juga, walaupun orangtua Anda tidak dalam “kondisi darurat”. Lakukan secepatnya sebelum semuanya terlambat, atau Anda akan menyesalinya.
Selanjutnya, jika sudah mendiskusikan hal ini dengan orangtua Anda dan mereka sudah memutuskan, maka mulailah membuat surat kuasa atas orangtua Anda.
Kemudian, Anda bisa mulai mengumpulkan dokumen-dokumen penting lainnya, seperti wasiat dan surat kuasa lainnya milik orangtua Anda.
Perlu diingat, dalam hal ini, Anda tidak boleh egois. Anda harus mendengarkan keinginan orangtua Anda, baru setelahnya Anda bisa melakukannya.
Demikianlah percakapan tentang uang yang tidak bisa Anda hindari begitu saja. Alih-alih menghindari, hal-hal di atas sangat penting untuk didiskusikan dan dibahas bersama.
Semoga artikel ini bermanfaat!