Kebijakan Pajak Kabinet Prabowo dan Ambisi Pertumbuhan Ekonomi 8%

Baru-baru ini, diskusi tentang arah kebijakan ekonomi kabinet Presiden Prabowo semakin intensif, terutama terkait kebijakan pajak dan target ambisius pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen mpertanyakan sejauh mana kebijakan-kebijakan ini dapat diterapkan secara realistis di tengah tantangan ekonomi global dan kondisi domestik yang cukup beragam.

Menjaga Keseimbangan antara Pertumbuhan dan Pemerataan

Salah satu kebijakan utama yang menjadi perhatian publik adalah rencana kabinet Prabowo untuk mengoptimalkan penerimaan pajak sambil memberikan ruang bagi pertumbuhan ekonomi. Presiden Prabowo tampaknya akan memfokuskan kebijakan fiskal pada peningkatan pendapatan negara melalui reformasi perpajakan, tetapi pada saat yang sama memberikan insentif bagi sektor-sektor strategis untuk mendorong investasi. Langkah ini mengindikasikan niat pemerintah untuk tidak hanya menyeimbangkan APBN, tetapi juga mendorong sektor swasta sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi.

Secara teori, kebijakan perpajakan yang efektif dapat memberikan multiplier effect bagi ekonomi jika dikelola dengan benar. Laffer Curve, misalnya, menunjukkan bahwa ada tingkat optimal perpajakan di mana penerimaan negara akan maksimal tanpa menghambat aktivitas ekonomi. Artinya, jika kebijakan pajak Prabowo dapat menyeimbangkan antara beban pajak dan daya saing bisnis, maka peluang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi swasta cukup besar.

Namun, tantangan terbesar yang dihadapi adalah kompleksitas dari sistem pajak itu sendiri. Dengan rasio pajak Indonesia yang rendah, yakni sekitar 8,5% pada tahun 2023, reformasi pajak harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu kegiatan usaha atau daya beli masyarakat. Hal ini selaras dengan teori Supply-Side Economics, yang menekankan pentingnya kebijakan pajak yang mendukung sektor produksi dan investasi, yang kemudian akan mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Target Pertumbuhan Ekonomi 8% Realistis atau Ambisius?

Salah satu janji kampanye Prabowo adalah mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8%. Target ini jauh melampaui capaian pertumbuhan ekonomi saat ini yang berkisar di angka 5%. Meski ambisius, target ini bukan tidak mungkin dicapai, tetapi membutuhkan reformasi yang signifikan di berbagai sektor, mulai dari birokrasi, infrastruktur, hingga sumber daya manusia.

Dari sudut pandang ekonomi, target pertumbuhan tinggi seperti ini hanya bisa dicapai jika ada investasi besar-besaran yang mendorong produktivitas nasional. Sebagai perbandingan, Solow Growth Model menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi jangka panjang dipengaruhi oleh peningkatan investasi, akumulasi modal, teknologi, dan tenaga kerja yang produktif. Artinya, pemerintah perlu meningkatkan daya saing dengan membenahi iklim investasi, memperbaiki infrastruktur, dan memastikan adanya inovasi teknologi.

Namun, pertumbuhan yang tinggi tidak datang tanpa risiko. Jika tidak dikelola dengan baik, kebijakan yang terlalu fokus pada pertumbuhan cepat dapat menyebabkan ketidakstabilan makroekonomi, seperti inflasi tinggi, defisit neraca perdagangan, atau ketergantungan pada utang luar negeri. Oleh karena itu, kabinet Prabowo perlu menjaga keseimbangan antara pertumbuhan cepat dan keberlanjutan fiskal.

Kebijakan Pajak dan Daya Tarik Investasi

Salah satu komponen penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah menciptakan daya tarik bagi investor asing. Menurut Investment Theory, ada beberapa faktor yang membuat negara menjadi menarik bagi investor, seperti kestabilan politik, infrastruktur yang baik, dan kebijakan fiskal yang mendukung. Jika kebijakan pajak Prabowo berhasil menurunkan biaya operasional bisnis melalui insentif perpajakan, maka hal ini bisa menarik lebih banyak investasi asing langsung (FDI).

Indonesia memiliki potensi besar sebagai tujuan investasi, tetapi birokrasi yang lambat dan ketidakpastian regulasi masih menjadi tantangan. Di sisi lain, reformasi perpajakan yang bertujuan untuk meningkatkan kemudahan berbisnis akan menjadi sinyal positif bagi investor internasional. Sebagai contoh, banyak negara yang telah sukses menarik FDI dengan memperbaiki sistem perpajakan, seperti Vietnam dan India.

Namun, fokus pada kebijakan pajak saja tidak cukup. Pemerintah juga perlu memperbaiki infrastruktur dan memastikan adanya akses terhadap sumber daya tenaga kerja yang berkualitas. Tanpa langkah-langkah ini, target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% akan sulit dicapai, meskipun ada dukungan dari kebijakan perpajakan yang pro-bisnis.

Dampak ke Masyarakat: Apa yang Harus Dilakukan?

Masyarakat umum akan merasakan dampak langsung dari kebijakan pajak ini, terutama dalam hal daya beli dan peluang pekerjaan. Jika kebijakan perpajakan diarahkan pada pemotongan pajak untuk kelas menengah dan usaha kecil, maka daya beli masyarakat dapat meningkat, yang pada gilirannya akan mendorong konsumsi domestik sebagai salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

Namun, masyarakat juga harus waspada terhadap risiko jangka panjang. Fokus yang berlebihan pada pertumbuhan cepat bisa saja menyebabkan inflasi yang tidak terkendali, sehingga merugikan daya beli terutama bagi masyarakat berpendapatan rendah. Oleh karena itu, masyarakat perlu lebih bijak dalam mengelola keuangan, termasuk mempertimbangkan investasi yang stabil seperti deposito atau reksa dana, yang dapat memberikan perlindungan terhadap inflasi.

Apakah Target Pertumbuhan 8% Mungkin Tercapai?

Melihat potensi dan tantangan yang ada, target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% yang dipatok oleh kabinet Prabowo adalah mungkin, tetapi memerlukan upaya yang sangat besar dari berbagai sektor. Kebijakan perpajakan yang efektif dapat menjadi salah satu alat penting untuk mencapai tujuan ini, tetapi hanya jika diimbangi dengan reformasi yang mendukung investasi dan peningkatan produktivitas nasional.

Dalam hal ini, investor perlu mencermati perkembangan kebijakan lebih lanjut, terutama terkait stabilitas fiskal dan daya tarik investasi. Sementara itu, masyarakat juga perlu menyiapkan diri dengan mengelola keuangan secara bijak, sehingga dapat merespons perubahan ekonomi dengan lebih baik.

Dengan pengelolaan yang tepat, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia, seperti yang sering dibicarakan. Tetapi, semua ini tergantung pada bagaimana kebijakan diterapkan, serta bagaimana masyarakat dan dunia usaha merespons tantangan yang ada.

Dapatkan berbagai informasi seputar Keuangan lainnya hanya di KoinWorks.

Tentang Penulis
Skolastika C. Rosari

Skolastika C. Rosari

I am a passionate storyteller who also in love with numbers and data. I choose to be a researcher because I can tell many stories based on the numbers I see!
Kalkulator finansial untuk hitung kebutuhan kamu

Hitung semua keperluan finansial kamu cukup di satu tempat