Baru-baru ini kabar tentang kenaikan suku bunga The Fed menjadi sebuah ketakutan tersendiri.
Bahkan, hal ini dikabarkan dapat berdampak pada perekonomian Indonesia sendiri.
Tapi, sebenarnya apa itu The Fed?
Sebelum melihat pengaruh kenaikannya pada perekonomian Indonesia, yuk cari tahu dulu tentang The Fed!
Daftar Isi
Bank Sentral Amerika yang Mempengaruhi Dunia
The Federal atau disingkat menjadi The Fed adalah bank sentral di Amerika yang memiliki kendali penuh atas perekonomian negaranya.
Salah satunya adalah dalam membuat kebijakan moneter dan juga naik turunnya suku bunga.
Hal ini tentu menjadikan The Fed juga memiliki kendali pada perekonomian pasar dunia.
Itu sebabnya kenaikan suku bunga The Fed banyak diantisipasi dampaknya oleh dunia, termasuk para investor.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan kebijakan bank sentral akan naik turunnya suku bunga The Fed adalah inflasi, pertumbuhan ekonomi dan juga stabilitas keuangan negara.
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa hal yang diprediksi dapat mempengaruhi perekonomian saat suku bunga The Fed naik.
Apa saja? Simak ulasan berikut ini.
Pengaruh Kenaikan Suku Bunga The Fed
Dilansir dari CNBC, kenaikan suku bunga The Fed kali ini akan lebih agresif daripada sebelumnya.
Sebagai bank sentral di Indonesia, BI pun harus melakukan beberapa intervensi untuk menjaga stabilitas rupiah.
Diantaranya adalah mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75% pada Februari 2023.
Di bawah ini adalah beberapa dampak kenaikan suku bunga The Fed yang diprediksi dapat berpengaruh pada perekonomian Indonesia.
1. Nilai Tukar Rupiah akan Melemah
Kenaikan suku bunga The Fed diprediksi dapat membuat nilai tukar rupiah melemah.
Sebelumnya, dikabarkan nilai tukar rupiah telah melemah 0.06% atau Rp 15.440/US$ pada Kamis, 3 Maret 2023 lalu.
Jika terjadi kenaikan pada suku bunga The Fed, maka potensi nilai tukar rupiah untuk terus melemah pun akan lebih besar.
Nantinya, nilai tukar rupiah diprediksi akan melemah hingga menyentuh jumlah Rp 15.500/US$.
2. Nilai Dolar AS Semakin Menguat
Dilansir dari BBC, pada 2022 lalu Dolar AS dikabarkan telah mencapai nilai tertingginya dalam 20 tahun terakhir.
Hal ini merupakan salah satu pengaruh dari kenaikan suku bunga The Fed yang kerap dilakukan oleh bank sentral dari waktu ke waktu.
Tentu saja kenaikan nilai Dolar AS akan memberikan dampak pada perekonomian Indonesia dan juga dunia.
Diantaranya adalah kenaikan harga pada bahan yang diimpor dari AS dan bahan bakar yang semakin mahal.
Namun, sebagai negara berkembang dengan nilai ekspor ke AS yang juga tinggi, Indonesia akan diuntungkan sebab harga ekspor juga akan meningkat.
3. Cicilan yang Semakin Berat
Bukan hanya pada perekonomian, kenaikan suku bunga The Fed juga akan berdampak kepada keseharian kita.
Contohnya, cicilan yang tengah kamu jalani dan menganut sistem floating rate.
Berarti, sewaktu-waktu bunganya akan bertambah apabila ada kenaikan suku bunga acuan dari bank sentral.
Misalnya, kamu tengah mencicil rumah dengan harga Rp 250 juta.
Sebelumnya, kamu sudah membayarkan DP sebesar Rp 50 juta dan melanjutkannya dengan KPR selama 15 tahun sebesar Rp 200 juta.
Bunga awal yang dikenakan sebelum adanya kenaikan adalah 5% dengan cicilan per bulan Rp 1.5 jutaan.
Namun, di tengah jalan terjadi kenaikan suku bunga The Fed yang ikut mempengaruhi suku bunga cicilan.
Sekarang, bunganya meningkat menjadi 7% dan tentu saja cicilan per bulan yang harus kamu bayarkan ikut meningkat menjadi Rp 1.7 jutaan.
Hal ini yang menjadikan kenaikan suku bunga The Fed berdampak pada cicilanmu yang semakin berat.
4. Turunnya Minat Berinvestasi
Selain memberikan dampak pada nilai tukar rupiah dan juga dolar, kenaikan suku bunga The Fed juga diprediksi dapat mengurangi minat untuk berinvestasi.
Turunnya minat ini umumnya kerap terjadi pada para investor asing.
Dikarenakan nilai rupiah yang turun, para investor akan lebih memilih berinvestasi dengan nilai tukar yang lebih tinggi seperti dolar.
Selain itu, kenaikan suku bunga The Fed juga akan berdampak pada bisnis dan juga individu untuk mengakses kredit dan juga pembiayaan investasi.
Hal inilah yang menjadi penyebab turunnya minat berinvestasi jika suku bunga The Fed naik.
Namun, perlu diketahui jika bukan hanya naiknya suku bunga The Fed yang dapat mempengaruhi minat berinvestasi di Indonesia.
Kondisi perekonomian lokal secara keseluruhan juga menjadi penentu.
Itu sebabnya kebijakan moneter dari BI sendiri adalah hal yang dapat lebih berpengaruh pada perekonomian Indonesia.
Nah, selagi belum naik tinggi-tingginya, inilah saat yang tepat untuk kamu mulai berinvestasi.
KoinP2P dari KoinWorks dapat menjadi alternatif untuk mengembangkan asetmu.
Mulai dari Rp 100.000, kamu dapat mengembangkannya dengan imbal hasil efektif hingga 18% per bulan.
Pastinya, keamanan investasi di pionir P2P Lending Indonesia ini sudah terjaga karena teruji, terpercaya dan diawasi pemerintah.
Yuk, kembangkan danamu di KoinP2P sekarang!