Bank Dunia telah mengumumkan bahwa risiko resesi 2023 semakin nyata akibat invasi Rusia terhadap Ukraina yang tak kunjung usai.
Resesi sendiri merupakan fenomena memburuknya perekonomian dunia akibat inflasi atau kenaikan harga.
Melansir dari laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indikator resesi bisa dilihat pada beberapa hal, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) negatif, peningkatan angka pengangguran, hingga pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Lantas, apa saja persiapan yang harus dilakukan untuk menghadapi resesi 2023?
Simak jawabannya di artikel ini, ya!
Daftar Isi
Resesi 2023 Hampir Pasti Terjadi Secara Global!
Melalui konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan secara virtual, OJK menyoroti perkembangan ekonomi global yang mengarah pada resesi.
Lebih lanjut, Mahendra Siregar selaku Ketua Dewan Komisioner OJK mengatakan bahwa resesi 2023 hampir pasti terjadi secara global dan belum dapat diperkirakan seberapa berat kondisinya dan berapa lama hal itu akan terjadi.
Bahkan, Presiden Joko Widodo, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, serta Menko Maritim dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan juga mengungkapkan hal serupa soal bayang-bayang resesi 2023.
Secara kompak, mereka mengatakan bahwa keadaan ekonomi global akan menjadi gelap gulita akibat inflasi yang tinggi dan suku bunga acuan yang turut mengalami kenaikan di tengah melonjaknya harga energi dan pangan.
Untuk menghadapi resesi 2023, berikut tips keuangan yang bisa kamu ikuti supaya lebih siap menghadapi resesi.
Tips Melakukan Pendanaan dan Investasi di Tengah Resesi 2023
Meskipun resesi 2023 hampir pasti terjadi, kamu tetap bisa melakukan pendanaan dan investasi, kok.
Menurut salah satu konten kreator ternama, Ferry Irwandi, berikut 3 nasihat cuan untuk pendanaan dan investasi yang dapat dilakukan di tahun 2023.
1. Kurangi Investasi pada Instrumen yang Memiliki Volatilitas Tinggi
Investasi merupakan cara yang cukup efektif untuk melawan dampak negatif inflasi. Namun, di tengah bayang-bayang resesi 2023 ada baiknya kamu memilih instrumen investasi yang tergolong aman (safe haven).
Misalnya, deposito, emas, dan surat berharga yang diterbitkan oleh negara. Pun jika kamu ingin melakukan investasi saham, sebaiknya kamu memilih investasi pada saham-saham yang bergerak pada sektor industri yang defensif, yaitu bisa bertahan meskipun ada krisis.
2. Lakukan Pendanaan ke Sektor Rill
Investasi sektor riil adalah investasi pada aset nyata yang terlihat dan jelas wujudnya. Misalnya, bangunan, rumah, tanah, maupun logam mulia.
Instrumen logam mulia merupakan salah satu investasi sektor riil yang cenderung mudah dijual dibandingkan aset lainnya serta memiliki pergerakan yang stabil.
Itulah mengapa sektor riil bisa menjadi pilihan melakukan pendanaan ketika resesi.
3. Perbanyak Uang Tunai
Risiko resesi 2023 yang semakin nyata membuat peningkatan porsi kepemilikan uang tunai dinilai semakin perlu.
Perencana Keuangan, Andi Nugroho mengatakan bahwa uang tunai sangat penting untuk menjadi modal ketika situasi sulit menerpa karena memiliki uang yang dapat membiayaimu ketika dampak resesi terjadi pada kamu.
Misalnya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada perusahaan tempat bekerja atau jika bisnis yang dijalankan terkena dampak resesi.
Sejalan dengan itu, tunda juga pengeluaran yang sekiranya bisa ditunda dan tidak terlalu kamu butuhkan, khususnya untuk pengeluaran yang sifatnya untuk memenuhi gaya hidup.
Mengapa disarankan memegang uang tunai?
Karena jika kamu menaruh semua asetmu pada instrumen investasi, kamu akan membutuhkan waktu lama untuk mencairkannya ketika benar-benar dibutuhkan.
Kalau kamu punya uang tunai kan kebutuhan mendesak bisa segera terselesaikan.
Sampai juga kita di penghujung artikel ini.
Semoga bermanfaat, ya!
Disclaimer juga untuk tetap sesuaikan pengelolaan keuangan sesuai dengan profil risiko dan kebutuhan investasi kamu.
Oh iya, kamu juga bisa dengerin tips dari Ferry Irwandi tentang investasi di tengah ketidakpastian ekonomi di video ini, lho!
Dengan KoinWorks, #SatuKlikUntukWujudkan finansial impianmu.