Cara Berinvestasi Sesuai Dengan Risk Tolerance – Menentukan risk tolerance merupakan salah satu dasar ketika memutuskan untuk berinvestasi.
Selayaknya, risk tolerance dipertimbangkan secara matang berdasarkan dana investasi, tujuan investasi, instrumen, dan potensi keuntungan.
Ketika kita berbicara tentang risk tolerance, apa yang kita rujuk sebenarnya adalah batasan tingkat risiko yang bisa kita terima dan batas minimum risiko yang bisa kita ambil.
Bila tidak mempertimbangkan potensi keuntungan, memahami cara kerja instrumen investasi yang kita pilih, dan merujuk pada dana investasi yang siap diinvestasikan, investasi bisa saja kurang maksimal.
Nah, sekarang, apakah cara berinvestasi kamu sudah sesuai dengan risk tolerance yang sudah ditentukan? Biasanya, pendekatan terhadap risk tolerance dilakukan dengan analisa yang relatif mendalam.
Hingga saat ini kamu mungkin sudah sering mendengar bahwa:
- Kamu masih muda dan sebaiknya berani mengambil risiko
- Kamu sudah pensiun dan sebaiknya tidak lagi menanggung risiko
Daftar Isi
Cara Berinvestasi Sesuai Dengan Risk Tolerance
Pengaruh Faktor Emosional Terhadap Keputusan Investasi
Meski hal tersebut bisa dikatakan relatif benar, risk tolerance sebetulnya sangat berkaitan dengan sisi emosional.
Contoh, katakanlah kamu memiliki Rp10.000.000 dan hanya sebanyak itulah uang yang kamu miliki saat ini.
Apakah kamu merasa mampu menanggung kerugian sebesar Rp2.500.000 saat kamu ingin agar nominal itu tumbuh hingga sebesar Rp3.500.000 (keuntungan sebesar Rp1.000.000)?
Baca Juga: 5 Kesalahan Investasi yang Sering Dilakukan Investor dan Harus Segera Dihindari
Seorang pakar ekonomi pemenang Nobel, Daniel Kahnemann, menuturkan bahwa seseorang dua kali lebih emosional mengenai kerugian dibandingkan keuntungan.
Dari investasi tersebut, ketimbang rugi Rp2.500.000, karena faktor emosional kamu bahkan bisa saja kehilangan Rp5.000.000 sekaligus.
Itu artinya, ketika kamu rugi Rp2.500.000, secara emosional kamu mungkin ingin uang itu kembali kepada kamu.
Maka, kamu tambahkan lagi investasi kamu sebesar Rp2.500.000 dengan harapan agar bunga dari investasi yang kedua ini mampu mengganti kerugian investasi pertama.
Karena faktor emosional itulah, kamu bisa saja kehilangan uang sebesar Rp5.000.000 sekaligus, bukan?
Tujuan Investasi dan Risk Tolerance
Setiap orang tentu memiliki tujuan di balik keputusannya untuk berinvestasi.
Ketika berinvestasi, orang-orang cenderung menyisihkan uang untuk kemudian dibiarkan tumbuh seturut waktu dan mampu memenuhi beragam tujuan seperti traveling setiap tahun, mempersiapkan dana pensiun, mencapai financial freedom, bahkan mempersiapkan dana pendidikan anak di masa mendatang.
Baca Juga: Investasi Sebagai Pendapatan Utama: Apa dan Bagaimana?
Sayangnya, tidak semua orang menentukan risk tolerance bagi dirinya sendiri sebelum memulai.
Kebanyakan investor saham, misalnya, masih banyak yang belum siap berinvestasi karena kondisi pasar yang naik – turun dan berusaha untuk ‘masuk’ ke pasar saham di waktu yang tepat. Itu sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru.
Di sisi lain, hal tersebut menunjukkan bahwa investor tersebut cenderung berhadapan dengan sisi emosionalnya mengenai kerugian.
Hal itu pun mempengaruhi keputusannya dalam menentukan risk tolerance.
Di peer to peer lending, ditemukan bahwa masih banyak pendana yang menunggu kehadiran peminjam dengan tingkat risiko yang rendah.
Hal itu dikarenakan belum banyak masyarakat yang mengerti betul bagaimana instrumen pendanaan P2P Lending ini bekerja karena memang masih terbilang baru aktif beberapa tahun belakangan di Indonesia.
Dan karena itulah, mereka merasa bahwa sebaiknya mereka berinvestasi pada peminjam dengan tingkat risiko yang rendah terlebih dahulu.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, apabila kamu sudah menentukan risk tolerance berdasarkan instrumen, tujuan investasi, potensi keuntungan, dan dana investasi, seharusnya kamu sudah sedikit merasa mudah dalam menentukan risk tolerance yang tepat.
Untuk lebih mudahnya, kamu pun sebenarnya bisa merujuk pada riwayat investasi kamu mengenai berapa dana investasi yang dialokasikan untuk suatu instrumen, jangka waktu, dan tingkat risikonya.
Cara Berinvestasi Sesuai Dengan Risk Tolerance
Ketika kamu menentukan risk tolerance, kamu harus memikirkan berapa kerugian yang siap kamu tanggung untuk mendapatkan hasil yang diharapkan sesuai dengan jangka waktu, dana investasi dan tujuan.
Misalnya, dalam periode 6 bulan ke depan, bagaimana perkembangan dana investasi kamu sebesar Rp10.000.000? Apakah:
- Turun sebesar Rp500.000 untuk mendapatkan Rp1.000.000?
- Turun sebesar Rp2.500.000 untuk mendapatkan Rp5.000.000?
- Turun sebesar Rp5.000.0000 untuk mendapatkan Rp10.000.000?
Sangat penting untuk memahami tingkat kerugian yang siap kamu tanggung yang akan membuat kamu mendapatkan keuntungan sesuai dengan harapan.
Dengan begitu, kamu bisa mengatur portofolio investasi kamu sesuai dengan risk tolerance yang kamu tentukan.
Dengan risk tolerance, kamu juga bisa memutuskan untuk mendiversifikasikan dana investasi kamu.
Menyoal diversifikasi, salah satu keuntungan pendanaan P2P Lending adalah mudahnya melakukan diversifikasi karena pada dasarnya sistemnya sangat fleksibel.
Di KoinWorks, misalnya, kamu bisa memutuskan untuk mendanai peminjam dengan grade A, B, C, D, bahkan E tentu sesuai dengan risk tolerance kamu. Masing-masing potensi keuntungannya pun beragam.
Untuk membagi potensi kerugian berdasarkan risk tolerance yang telah ditentukan, diversifikasi tentu akan sangat diperlukan.
Pada akhirnya, kamu harus mempersiapkan risk tolerance yang cocok untuk kamu agar kamu bisa mendanai sesuai dengan risk tolerance yang sudah kamu tentukan.
Begitulah cara berinvestasi sesuai dengan risk tolerance. Selamat berinvestasi!