Dalam dua minggu menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat 2024, Donald Trump telah memimpin dalam model statistik The Economist. Dengan peluang kemenangan 54%, momentum politiknya terlihat kuat. Namun, yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana hasil pemilu ini akan memengaruhi ekonomi Amerika Serikat dan dampaknya pada perekonomian global, termasuk Indonesia.
Daftar Isi
Dampak Potensial Kebijakan Trump terhadap Ekonomi Amerika Serikat
Selama masa jabatan pertama Trump, kebijakan ekonomi yang diutamakan adalah deregulasi, pemotongan pajak korporasi, serta kebijakan perdagangan yang lebih proteksionis, termasuk perang dagang dengan China. Jika Trump kembali terpilih, ada kemungkinan besar bahwa kebijakan serupa akan dihidupkan kembali. Hal ini bisa memperkuat sektor manufaktur di Amerika Serikat, tetapi juga bisa memicu ketidakstabilan di pasar global karena kebijakan tarif dan tindakan sepihak terhadap mitra dagang utama.
Pemotongan pajak yang diusulkan Trump sebelumnya memang berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi jangka pendek, tetapi juga meningkatkan defisit anggaran. Jika kebijakan ini berlanjut, ada risiko lonjakan utang nasional, yang bisa berdampak pada suku bunga dan iklim investasi. Investor asing mungkin menjadi lebih berhati-hati dalam menanamkan modal di AS, jika mereka melihat tanda-tanda defisit fiskal yang tidak terkendali.
Potensi Dampak terhadap Ekonomi Global
Terpilihnya Trump untuk periode kedua kemungkinan besar akan menghidupkan kembali kebijakan proteksionis yang menempatkan Amerika Serikat lebih terisolasi dalam perdagangan global. Dalam konteks ini, ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China bisa kembali meningkat, yang akan berdampak langsung pada rantai pasokan global dan perdagangan internasional. Hal ini tidak hanya akan mengganggu pasar Amerika Serikat, tetapi juga bisa memicu perlambatan ekonomi di banyak negara, terutama yang sangat bergantung pada perdagangan dengan Amerika dan China.
Untuk pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, kebijakan isolasionis ini dapat menimbulkan tantangan serius. Ketidakpastian global yang disebabkan oleh potensi kenaikan tarif dan tarif pembalasan dari China dapat memperlambat pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Sektor ekspor Indonesia, yang bergantung pada akses pasar Amerika dan China, mungkin akan terkena dampak paling parah.
Pengaruh Terhadap Indonesia dan Proyeksi Global
Dalam skenario terpilihnya Trump, Indonesia harus siap menghadapi lingkungan ekonomi global yang lebih proteksionis. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dan berpotensi memperburuk hubungan dagang dengan mitra lain jika ada dampak domino dari kebijakan Trump. Di sisi lain, penguatan dolar AS yang dihasilkan dari kebijakan proteksionis dapat menekan nilai tukar rupiah, memperumit kondisi pasar domestik dan memperlemah daya beli konsumen Indonesia.
Namun, jika Kamala Harris memenangkan pemilu, pendekatan yang lebih multilateral dan terbuka mungkin akan diprioritaskan, yang bisa memberikan stabilitas lebih besar bagi pasar global dan mendukung hubungan dagang yang lebih harmonis. Kebijakan yang lebih moderat ini berpotensi mendukung pemulihan ekonomi global yang lebih kuat, yang tentunya akan menguntungkan Indonesia sebagai negara yang bergantung pada perdagangan internasional.
Kesimpulan: Pengaruh Pemilu AS 2024 terhadap Ekonomi Global dan Indonesia
Pemilu AS 2024 akan menjadi penentu arah kebijakan ekonomi dunia dalam beberapa tahun ke depan. Terpilihnya Trump kemungkinan akan memicu ketidakpastian ekonomi, baik di Amerika Serikat maupun di pasar global. Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi yang terhubung erat dengan pasar global, harus bersiap menghadapi segala kemungkinan, termasuk dampak negatif dari kebijakan proteksionis dan ketidakstabilan perdagangan global.
Sebaliknya, terpilihnya Kamala Harris dapat membawa kebijakan yang lebih stabil dan pro-pasar, yang mendukung pertumbuhan global dan mengurangi risiko disrupsi pada perdagangan internasional. Skenario ini akan lebih menguntungkan bagi Indonesia, yang tengah berupaya memulihkan ekonomi pasca-pandemi dan meningkatkan kinerja sektor ekspor.