In This Economy: Kenapa Usia Produktif Adalah Waktu Tepat Untuk Mendanai?

Kita semua tahu rasanya berada di produktif ini. Karir lagi dibangun, mungkin sudah mulai mikir cicilan rumah, biaya nikah, atau dana pendidikan anak. Di sisi lain, kita juga lagi sering banget dengar berita ekonomi yang bikin geleng-geleng kepala: inflasi naik, suku bunga fluktuatif, resesi di mana-mana. Wajar banget kalau kita berpikir, “In this economy, ngapain juga sih harus tetap mendanai atau investasi? Bukannya mending pegang cash aja?”

Kalau dipikir-pikir, memang masuk akal kalau kita jadi takut. Tapi justru di sinilah letak kuncinya: tetap mendanai di usia produktif itu bukan cuma opsi, tapi hampir jadi keharusan. Kenapa? Mari kita bedah alasannya:

1. Waktu adalah Teman Terbaikmu (dan Ini Usia Terbaikmu!)

Di usia 25-40 tahun, kita punya satu aset paling berharga yang tidak dimiliki oleh mereka yang lebih tua: waktu. Konsep compounding interest (bunga berbunga) itu ajaibnya di sini. Semakin lama uangmu berinvestasi, semakin besar potensi pertumbuhannya. Ini bukan sekadar teori ekonomi; ini adalah kekuatan matematis yang bekerja untukmu setiap hari, setiap minggu, setiap tahun.

Bayangkan gini: kalau kamu mulai investasi Rp500 ribu per bulan di usia 25 dengan asumsi imbal hasil 8% per tahun, di usia 60, kamu bisa punya jutaan bahkan miliaran rupiah. Bandingkan dengan yang baru mulai di usia 35 atau 40. Meskipun mereka menyetor jumlah yang sama atau bahkan lebih besar, potensi hasilnya di usia pensiun jauh lebih kecil karena uangmu punya lebih banyak waktu untuk berkembang dan melipatgandakan dirinya sendiri. Jangan sia-siakan keunggulan ini hanya karena takut dengan gonjang-ganjing ekonomi sesaat. Setiap tahun yang kamu tunda adalah potensi jutaan bahkan miliaran rupiah yang hilang.

2. Melawan Inflasi, Si Penggerogot Senyap yang Makin Agresif

Pernah merasa uang Rp100 ribu sekarang nilainya nggak sebesar 5 tahun lalu? Itu namanya inflasi. Uang yang kamu simpan di rekening tabungan biasa akan terus tergerus nilainya oleh inflasi. Artinya, daya beli uangmu makin lama makin turun. Di era sekarang, inflasi terasa makin nyata, bukan cuma di berita, tapi di harga kebutuhan sehari-hari yang terus merangkak naik. Gaji yang stagnan ditambah inflasi yang tinggi berarti kemampuan finansialmu bisa jadi makin tertekan jika kamu tidak mengambil langkah.

Investasi, entah itu di saham, reksa dana, obligasi, atau properti, tujuannya adalah agar uangmu tumbuh lebih cepat daripada inflasi. Kalau tidak, masa depanmu (dan mungkin masa depan anak-anakmu) bisa jadi suram karena biaya hidup terus naik tapi asetmu tidak bergerak. Kita nggak mau kan cuma bisa beli mie instan di masa tua karena dana pensiun tergerus inflasi? Ini bukan lagi tentang “kaya”, tapi tentang mempertahankan daya beli agar kualitas hidupmu tidak menurun di masa depan.

3. Kesempatan Emas di Tengah Koreksi Pasar: “Sale” untuk Masa Depanmu

Nah, ini nih yang sering bikin panik, tapi sebenarnya bisa jadi peluang besar. Ketika ekonomi melambat atau pasar saham terkoreksi (turun), banyak aset jadi lebih “murah” atau undervalued. Ibaratnya, kamu bisa beli barang branded lagi diskon gede-gede.

Bagi kita yang masih di fase akumulasi aset, ini adalah momen yang tepat untuk “shopping” investasi. Dengan strategi dollar-cost averaging (investasi rutin dengan jumlah sama setiap periode, misalnya Rp1 juta setiap bulan), kamu otomatis akan membeli lebih banyak unit investasi saat harga sedang rendah dan lebih sedikit unit saat harga tinggi. Ini adalah cara cerdas untuk merata-ratakan harga beli kamu. Jadi, saat ekonomi pulih nanti (dan sejarah selalu menunjukkan ekonomi akan pulih), portofoliomu akan punya potensi return yang lebih besar. Jangan ikut panik, justru manfaatkan kesempatan ini! Ini adalah waktu terbaik untuk membeli “masa depan” dengan harga diskon.

4. Membangun Disiplin Finansial untuk Fondasi Kuat Kehidupan Dewasa

Di usia ini, kita sedang membangun fondasi. Kebiasaan investasi rutin, meskipun di tengah ketidakpastian, akan melatih disiplin finansial yang kuat. Ini bukan cuma soal uang, tapi juga tentang mindset: belajar menunda kesenangan sesaat (misalnya beli gadget terbaru atau liburan mewah yang tidak perlu) demi tujuan jangka panjang (kebebasan finansial di masa depan).

Disiplin ini akan sangat berguna saat kamu dihadapkan pada tujuan finansial yang lebih besar: dana pendidikan anak yang makin mahal (yang mungkin beberapa tahun lagi akan kamu hadapi), persiapan pensiun yang nyaman, atau bahkan impian early retirement. Dengan investasi rutin, kamu sedang memupuk kebiasaan yang akan menuntunmu ke sana. Ini adalah bekal hidup yang akan sangat bermanfaat, jauh melebihi sekadar saldo rekening.

5. Fleksibilitas dan Resiliensi Finansial di Era Penuh Kejutan

Di usia 25-40, hidup penuh dengan ketidakpastian: perubahan pekerjaan, rencana keluarga, krisis tak terduga. Dengan memiliki portofolio investasi yang bertumbuh, kamu tidak hanya menabung untuk masa depan, tapi juga membangun fleksibilitas dan resiliensi finansial. Punya aset yang berkembang memberimu lebih banyak pilihan.

Misalnya, jika kamu tiba-tiba ingin beralih karir ke bidang yang lebih passion-driven tapi gajinya lebih kecil di awal, dana investasimu bisa menjadi safety net. Atau, jika ada kesempatan pendidikan lanjutan yang mahal, kamu tidak perlu berhutang. Memiliki dana yang terinvestasi dengan baik memberi kamu kebebasan untuk membuat keputusan hidup yang penting tanpa terlalu terbebani oleh tekanan finansial yang mendesak. Ini adalah tentang memiliki kekuatan finansial untuk menjalani hidup sesuai keinginanmu, bukan sekadar bertahan.

6. Masa Depanmu Tidak Bisa Ditunda: Sebuah Peringatan

Bayangkan kamu sudah merencanakan pensiun di usia 60. Apakah kamu mau menunda investasi dan baru mulai di usia 45 atau 50 karena takut dengan kondisi ekonomi sekarang? Kalau iya, berarti kamu harus investasi dengan jumlah jauh lebih besar dan mengambil risiko lebih tinggi untuk mengejar ketertinggalan, atau lebih buruk lagi, kamu mungkin tidak akan pernah mencapai target pensiun yang nyaman.

Masa depan itu datang, suka atau tidak suka. Tujuan finansialmu tidak bisa ditunda hanya karena ekonomi sedang tidak bersahabat. Justru, dengan tetap mendanai sekarang, kamu sedang memastikan bahwa tujuan-tujuan itu tidak hanya sekadar mimpi, tapi bisa jadi kenyataan. Kamu sedang berinvestasi untuk dirimu yang “akan datang” – dan dia akan sangat berterima kasih.

Jadi, daripada panik dan menarik diri dari investasi, mari kita jadikan kondisi ekonomi saat ini sebagai cambuk untuk lebih cermat, strategis, dan disiplin dalam mendanai. Usia 25-40 tahun adalah jendela emasmu untuk membangun kekayaan dan mengamankan masa depan finansial.

Siap untuk mulai atau optimalkan investasi kamu?

Dapatkan berbagai informasi seputar Investasi & Keuangan Pribadi lainnya hanya di KoinWorks.

Tentang Penulis
Kalkulator finansial untuk hitung kebutuhan kamu

Hitung semua keperluan finansial kamu cukup di satu tempat