Kerugian Indonesia Gagal Jadi Tuan Rumah U-22

Indonesia Gagal Jadi Tuan Rumah U-22

Kabar buruk datang menghampiri persepakbolaan Indonesia. Indonesia gagal jadi tuan rumah U-22, padahal seharusnya, negeri ini akan berpesta pora menyambut perhelatan akbar tersebut. hal ini disebabkan oleh sikap pihak-pihak yang menolak keikutsertaan Timnas Israel di ajang Piala Dunia U-20 2023. 

Gianni Infantino selaku presiden FIFA menyebutkan bahwa Argentina-lah yang nantinya berpeluang besar menjadi pengganti Indonesia. mendengar hal ini, Argentine Football Association (AFA), Federasi sepak bola negeri asal Lionel Messi itu segera mengajukan bidding resmi demi negerinya bisa menjadi pengganti Indonesia ada Piala Dunia U-22 nanti.

Daftar Kerugian Indonesia Karena Gagal Jadi Tuan Rumah U-22

Kejadian ini tidak hanya mendatangkan kekecewaan di benak pemain dan masyarakat saja, tapi juga mendatangkan kerugian secara materi. Pasalnya untuk menggelar helatan akbar berskala internasional tersebut, Indonesia sudah melakukan berbagai persiapan. Ini dia informasi selengkapnya.

Kerugian dari Persiapan Infrastruktur

Kerugian pertama yang harus dialami oleh Indonesia bersumber dari persiapan berbagai infrastruktur yang dilakukan jauh-jauh hari. pemerintah Indonesia sudah mengeluarkan anggaran yang luar biasa besar untuk membangun infrastruktur penunjang demi suksesnya helatan Piala Dunia U-22 tersebut.

Persiapan membangun infrastruktur ini sudah dirintis sejak kurang lebih empat tahun lalu.. Palembang, Bali, Bandung, DKI Jakarta, Surabaya, Solo sudah berbenah agar bisa menjadi tuan rumah yang layak dan sesuai dengan standar yang diterapkan oleh FIFA. Namun, kerja keras enam kota besar yang ditugasi sebagai kota penyelenggara pun menguap begitu saja.

Berbicara soal kerugian materi, terhitung Juli 2020, Indonesia sudah mengeluarkan anggaran sebesar Rp400 miliar Rupiah. Lalu, Kementerian PUPR mengeluarkan anggaran lagi sebesar Rp489 miliar untuk kebutuhan renovasi stadion yang akan digunakan pada helatan akbar tersebut.

Sebelumnya, pada Juni 2022, Kemenpora mengalokasikan anggaran sebesar Rp500 miliar untuk kebutuhan persiapan Piala Dunia U-22 ini. Jika dijumlahkan keseluruhan anggaran, Indonesia mengalami kerugian sebesar Rp1,4 triliun. Ini adalah angka yang fantastis, bukan?

Kerugian dari Penonton

Kerugian yang dialami oleh Indonesia gagal jadi tuan rumah U-22 adalah potensi keuntungan yang mencapai triliunan rupiah. Angka tersebut didapat dari jumlah penonton yang menyaksikan laga-laga di Piala Dunia dan juga dari keuntungan lainnya.

Awalnya, Indonesia berharap perhelatan berskala internasional itu akan mendatangkan keuntungan bagi negara, terutama bagi enam kota penyelenggara. Tapi sekarang, keuntungan yang awal diprediksi malah menjadi kerugian besar yang sangat disayangkan.

Hilangnya Kesempatan Jadi Tuan Rumah Piala Dunia Selanjutnya

Kerugian lain yang didapatkan oleh Indonesia adalah kemungkinan sulitnya negeri ini menjadi tuan rumah Piala Dunia selanjutnya di masa depan. Pasalnya Piala Dunia itu bukan event tahunan. Butuh waktu lama bagi negara ini untuk bisa mendapatkan peluang terpilih kembali.

Apalagi, karena insiden tak mengenakkan tersebut, sekarang akan sulit untuk mendapatkan kepercayaan dari federasi sepak bola internasional FIFA agar bersedia memperhitungkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia.

Masa Depan Pemain Sepak Bola Terancam

Kerugian lain yang dirasakan karena Indonesia karena gagal jadi tuan rumah U-22 adalah terancamnya masa depan pemain muda Indonesia. Apalagi adanya sanksi dari FIFA itu, makin suramlah liga nasional negeri ini. Bisa-bisa liga tidak diakui lagi oleh dunia internasional.

Para pemain muda Indonesia pun gagal mendapat kesempatan untuk menjadi pemain bola yang membela negara di Piala Dunia. Padahal bagi seorang pemain sepak bola, bermain di laga bergengsi seperti Piala Dunia adalah cita-cita paling tinggi yang ingin diwujudkan.

Sekadar mengingatkan, dua generasi Timnas U-20 Indonesia gagal berlaga di Piala Dunia U-20. Generasi pertama adalah generasinya Bagus Kahfi. Pemain muda ini dan tim batal berlaga karena merebaknya pandemi COVID-19.

Bagaikan Deja Vu, generasi Muhammad Ferrari mengalami hal serupa. padahal tim  ini dipersiapkan untuk tampil di Piala Dunia U-20 2023. Menariknya, kedua generasi ini sama-sama diarsiteki oleh Shin Tae-young.

Piala Dunia U-20 2023 ini dirasa lebih sentimental sebab ini adalah prestasi membanggakan yang sulit diulang. 

Negeri ini pernah mendapatkan kesempatan pertama berlaga di turnamen Piala Dunia U-20 pada tahun 1979 yang dihelat di Jepang. Maka, tak heran jika banyak yang kecewa dengan kenyataan bahwa Indonesia gagal jadi tuan rumah Piala Dunia U-22.

Dikucilkan oleh Dunia Sepak Bola Internasional

Kerugian lain yang diderita oleh Indonesia adalah dampaknya pada dunia sepak bola negeri ini di mata sepak bola dunia. Dengan adanya sanksi FIFA, Indonesia bisa di-banned secara internasional, dan itu akan membuat liga 1,2, dan 3 tidak akan mendapat pengakuan dunia. harapan pemain sepak bola Indonesia yang berlaga di liga semakin kecil.

Hal ini menjadi penghambat bagi Indonesia untuk menggelar pesta olahraga berkelas dunia lainnya. Padahal Presiden Joko Widodo berambisi agar Indonesia bisa menjadi tuan rumah pada pesta olahraga Olimpiade tahun 2036 di Ibukota Negara Baru (IKN) dan menjadi tuan rumah Piala Dunia tahun 2034 berbarengan dengan negara-negara lain di ASEAN.

Ambisi besar tersebut nyaris sulit diwujudkan lantaran penolakan berbagai pihak terhadap kedatangan pemain Israel sebagai salah satu peserta Piala Dunia. Dengan adanya insiden ini, Indonesia pun dikucilkan dari berbagai acara olahraga berskala Internasional. Kemungkinan yang paling bisa terwujud adalah menjadi tuan rumah pentas olahraga level Asia.


Kesimpulan

Kenyataan bahwa Indonesia gagal jadi tuan rumah U-22 begitu memukul banyak pihak, terutama para pemain yang sudah berusaha keras agar bisa berlaga di turnamen itu.

Bisakah Indonesia mengatasi masalah pelik ini? Patut ditunggu kelanjutan dari kasus ini ke depannya.

Dapatkan berbagai informasi seputar Gaya Hidup dan Daily lainnya hanya di KoinWorks.

Tentang Penulis
Gina Valerina

Gina Valerina

Gina began her professional journey within the realm of finance, accumulating a wealth of invaluable insights and hands-on experiences. Building upon this extensive background, she uses her expertise to carefully create informative articles. Each article is born from in-depth research and her unwavering dedication to providing her audience with well-verified insights.
Kalkulator finansial untuk hitung kebutuhan kamu

Hitung semua keperluan finansial kamu cukup di satu tempat