Pada tanggal 27 Juli 2016 lalu, Sri Mulyani yang akrab disapa Ani resmi menjabat sebagai Menteri Keuangan bersama Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Saat isu reshuffle sedang panas, memang Sri Mulyani digadang-gadang bakal kembali lagi ke Indonesia dan menggantikan Bambang Brodjonegoro. Menjadi Menteri Keuangan bukanlah hal yang baru bagi dirinya karena ia mengerti betul seluk-beluk keuangan dari mulai yang kecil seperti pinjaman mudah sampai yang besar seperti menyusun RAPBN negara.
Selain itu, sebelumnya, ia juga pernah menjabat posisi yang sama di Kabinet Indonesia Bersatu bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama 5 tahun. Bahkan, ia juga pernah bekerja di Bank Dunia usai masa bakti bersama SBY selesai.
Latar Belakang Sri Mulyani: Pendidikan
Siapa yang tahu jika Sri Mulyani yang juga sering dipanggil Mbak Ani yang lahir pada 26 Agustus 1962 di Lampung ini bakal menjadi orang sukses di bidang ekonomi. Ia resmi dinyatakan menyelesaikan pendidikan di Universitas Indonesia sebagai Sarjana Ekonomi pada tahun 1986.
Kemudian, dia melanjutkan studinya ke University of Illinois yang berada di Urbana, Champaign, Amerika Serikat. Dari kampus inilah ia mendapatkan gelar masternya dengan title Master of Science of Policy Economics serta dari universitas yang sama, ia juga mendapat gelar Ph.D. of Economics pada tahun 1992.
Jabatan dan Kisah Sukses Karir Sri Mulyani
Sri Mulyani dari dulu memang suka berkecimpung di bidang ekonomi seperti saat ia menjabat Kepala Lembaga Penyelidikan dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia atau LPEM FEUI di bulan Juni 1998.
Selanjutnya, ia juga pernah menjabat sebagai dosen ekonomi di kampus UI serta menjadi Asisten Profesor sewaktu di University of Illinois di Urbana, Champaign, Amerika Serikat pada tahun 1990 hingga 1992.
Namanya mulai terkenal ke pelosok negeri sewaktu dirinya ditunjuk oleh Presiden SBY untuk menjabat sebagai Menteri Keuangan pada tanggal 5 Desember 2005 silam tepat setelah Dr. Boediono yang menjabat Menteri Perekonomian dilantik menjabat Gubernur Bank Indonesia. Di tengah perjalanan kepemimpinan SBY, SBY juga merombak kabinetnya, namun Sri Mulyani masih tetap berada di posisinya hingga akhir masa jabatan.
Sewaktu ia menjabat Menkeu bersama SBY, sudah banyak prestasi yang ia torehkan diantaranya adalah;
- Menstabilkan ekonomi makro
- Menurunkan biaya pinjaman
- Mempertahankan kebijakan fiskal yang bijaksana atau prudent
- Memberi kepercayaan bagi investor
- Mengelola hutang negara
- dan masih banyak yang lainnya
Atas berbagai usahanya tersebut, ia juga pernah secara resmi dinobatkan sebagai Menteri Keuangan Terbaik di Kawasan Asia. Tentu, prestasi ini bukanlah hal yang mudah diraih mengingat yang diurus adalah sebuah negara.
Situs Kemenkeu juga mengatakan bahwa reformasi yang terjadi di Kementerian Keuangan yang dipimpin oleh Sri Mulyani berjalan dengan baik. Oleh sebab itu, telah banyak perubahan fundamental yang sudah terjadi di tubuh Kementerian Keuangan bahkan dikatakan terbaik se-Asia untuk periode 2006 yang diberikan oleh Emerging Markets pada tanggal 18 September 2006 pada saat Sidang Tahunan Bank Dunia dan IMF yang berlangsung di Singapura.
Bahkan, Emerging Markets (Euromoney) telah menobatkan dirinya sebagai Menteri Keuangan yang terbaik di kawasan Asia untuk periode 2006, 2007 dan juga 2008.
Selain kesuksesan karir di Kemenkeu, ia juga sukses menjadi salah satu wanita di dunia yang paling berpengaruh versi majalah Forbes dengan mendapatkan peringkat ke 23 pada tahun 2008. Sedangkan pada tahun sebelumnya, ia dinobatkan sebagai wanita yang paling berpengaruh di Indonesia menurut majalah Globe Asia pada bulan Oktober 2007.
Munculnya Kasus Century merupakan cobaan yang sangat besar bagi Sri Mulyani yang waktu itu menjabat sebagai Menkeu. Kasus Century bukan hanya masalah ekonomi melainkan juga ada unsur campuran politik sehingga dirinya memutuskan untuk mengundurkan diri dengan disampaikannya surat pengunduran diri pada tanggal 20 Mei 2010 silam. Ia kemudian dipinang oleh Bank Dunia dan ia menerimanya. Tanggal 1 Juni tahun yang sama, ia ke Washington DC untuk menjabat Direktur Pelaksana Bank Dunia.
Tahun 2016 ini, sewaktu ia menjabat Direktur Pelaksana Bank Dunia, ia kembali masuk 100 wanita paling berpengaruh menurut Forbes. Jasanya memang bukan hanya kebijakan yang berkaitan dengan pinjaman mudah atau urusan ekonomi kecil lainnya melainkan juga urusan perekonomian besar baik untuk Indonesia maupun dunia.