Anda seorang pengusaha kelas kecil dan menengah? Ingin memperbesar bisnis Anda? Tentu yang dibutuhkan adalah modal. Meski memang uang bukanlah satu-satunya faktor kesuksesan sebuah bisnis (masih ada faktor sumber daya manusia, pasar yang tidak jenuh, tim yang solid) namun tidak bisa dipungkiri bahwa arus kas merupakan urat nadi dari kelancaran operasional UKM. Anda tidak bisa menganggap enteng kebutuhan akan modal. Walaupun ada motivator-motivator yang mengatakan kalau uang bukan satu-satunya modal, dalam kenyataannya seringkali pengusaha yang baru merintis terpaksa menghentikan usahanya hanya karena kekurangan modal. Di samping itu, proopsal peminjaman kepada pihak bank pun tidak bankable. Padahal peraturan pemerintah mengharuskan bank mengalokasikan minimum 20 persen dari anggarannya untuk sektor UMKM. Itu berarti ada kurang lebih 20 triliun potensi modal yang harusnya dikucurkan pihak bank di sektor tersebut. Sayangnya, ternyata peraturan tersebut terasa tumpul di lapangan. Pelaku usaha tetap saja kesulitan mendapatkan modal. Penyebabnya bisa berbagai macam, yang terbesar adalah tidak adanya jaminan dan juga lemahnya konsep pengembangan usaha dari pemiliknya.
Jika Anda diposisi sebagai seorang investor atau peminjam, usaha apa yang akan Anda pilih untuk ditanamkan modal? Investor tentu tidak sembarangan dalam memilih sebuah unit bisnis. Tidak serta merta kalau investor tersebut “murah hati” maka ia akan bertindak layaknya sinterklas yang membagi-bagikan uangnya ke setiap pengusaha UKM yang mengajukan modal. Tidak sesederhana itu dan tidak juga sesulit yang dibayangkan. Pinjaman modal karya memang bisa bersumber dari manapun, termasuk perorangan. Yang perlu Anda siapkan sebagai seorang pengusaha adalah mengapa bisnis ini harus dikembangkan dan apa keuntungan yang bisa didapatkan oleh penanam modal. Jangan sampai Anda terlalu idealis dengan produk Anda sehingga menafikan tren pasar yang sedang berlangsung. Sebagai contoh, sebuah film bergaya Islami yang baru-baru ini diluncurkan di bioskop ternyata direspon dingin oleh pasar, bahkan oleh komunitas muslim itu sendiri. Menurut sang pemilik cerita, ia tidak mau menjual ceritanya tersebut kepada investor yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diusung oleh film tersebut. Ia lebih memilih mencari investor perorangan untuk membiayai produksi film ini. Akhirnya film ini pun berhasil masuk ke layar lebar, namun ternyata tidak terlalu bagus jika dilihat dari sisi penjualan.
Jika Anda adalah orang yang baru terjun di bisnis, dan membutuhkan modal, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengakomodasi masukan-masukan dari calon investor Anda. Jangan terlalu idealis, tapi jangan terlalu murahan. Anda tetap bisa mengusung nilai yang menurut Anda tepat terhadap produk atau jasa yang Anda tawarkan, namun terbuka apabila perlu penyesuaian berdasarkan prilaku konsumen yang menjadi target pasar Anda. Misalnya, kalau produk Anda adalah rendang hitam yang bumbunya merupakan warisan turun temurun dari pendahulu Anda, dengan standart pedas yang tidak bisa “diganggu gugat”, sementara Anda ingin menyasar pasar Jawa Barat, tentu tingkat kepedasannya perlu disesuaikan. Jika Anda tetap kekeuh bertahan di bumbu asli, maka mencari investor untuk memperbesar pangsa pasar tampaknya akan sedikit lebih sulit. Apalagi kalau Anda ingin menyasar segmen pasar global yang meliputi benua Eropa, Amerika, Australia dan Afrika. Orang Eropa jelas tidak terlalu suka dengan pedas. Apakah Anda tetap inign mempertahankan cita rasa tersebut?
Selain itu, saat mengajukan penawaran investasi usaha untuk modal karya, tunjukkan mengapa calon investor Anda harus memilih produk Anda untuk dikembangkan dibandingkan produk lain yang sejenis? Apa keunggulan yang Anda tawarkan? Apakah dari sisi kualitasnya lebih unggul? Dari sisi harga lebih murah? Dari sisi pangsa pasar lebih luas? Atau Anda memberikan nilai tambah yang tidak diberikan oleh pelaku usaha lainnya? Think about it! Jangan sampai produk Anda hanya berjiwa me too yang tanpa “malu” meniru seratus persen produk kompetitor. Jika sudah seperti ini, rasanya tidak akan ada investor yang mau berinvestasi.
Untuk mencari modal dari pihak selain bank, Anda bisa mencoba situs peer to peer lending KoinWorks. Selain dikelola oleh manajemen yang terpercaya dan profesional, KoinWorks juga menyediakan edukasi bagi pebisnis dan tentunya bagi investor dalam memilih dan mengembangkan usaha. Di negara-negara maju seperti Amerika, website seperti ini sudah banyak dan tidak heran kalau negara maju memilih angka wirausahawan yang mencapai 5 sampai 10 persen. Bandingkan dengan Indonesia yang belum mencapai angka minum 2 persen. Tentu ini menjadi pekerjaan rumah bersama.