8 Penyebab Melemahnya Nilai Mata Uang Rupiah Terhadap Dollar USA dan Mata Uang Lain

8 Penyebab Melemahnya Nilai Mata Uang Rupiah Terhadap Dollar USA dan Mata Uang Lain

8 Penyebab Melemahnya Rupiah Terhadap Dollar USAAkhir-akhir ini pertumbuhan perekonomian Indonesia mengalami guncangan yang berujung nilai mata uang rupiah semakin anjlok. Ini menyebabkan harga-harga barang kebutuhan menjadi naik.

Selain berimbas pada kebutuhan pokok, harga transportasi pun akan semakin melonjak. Sehingga tidak jarang banyak yang mengeluh karena kenaikan harga tersebut tidak diimbangi dengan batas UMR/UMP yang seharusnya juga bisa dinaikkan oleh pemerintah.

Di samping itu, strategi investasi yang dilakukan masyarakat juga akan terpengaruh oleh melemahnya rupiah ini. Sebab, beberapa instrumen investasi sangat ditentukan oleh nilai mata uang rupiah.

Secara garis besar, melemahnya nilai rupiah terhadap dollar USA ini disebabkan karena permintaan akan mata uang rupiah jauh lebih sedikit (anjlok) jika dibandingkan dengan mata uang dollar USA ataupun Euro.

Lantas, mengapa hal tersebut bisa terjadi? Mari simak beberapa penyebabnya berikut ini!


8 Penyebab Melemahnya Rupiah Terhadap Dollar USA

#1 Orang Kaya Jauh Lebih Tertarik untuk Investasi di Amerika dan Eropa Ketimbang di Indonesia

kenaikan harga dollar - mata uang rupiah anjlok

FDI (Foreign Direct Investment) atau aliran investasi asing langsung di suatu negara sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan perekonomian di negara tersebut.

Pertumbuhan pasar di negara penerima akan menentukan prospek keuntungan dari investasi tersebut. Jika prospeknya terlihat baik, maka aliran FDI akan semakin tinggi dan semakin lancar.

Dengan demikian, kesejahteraan masyarakat di dalamnya akan semakin baik yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan dan juga daya beli masyarakat.

Melihat hal tersebut, para investor asing (sebagai penyalur dana) pasti sudah mempertimbangkan dan berspekulasi lebih dulu terhadap prospek perekonomian di Indonesia serta di negara-negara lainnya.

Baca juga: Atasi Kekhawatiran Bisnis Menurun Karena Virus Corona, Yakinkan dengan 5 Hal Ini!

Para investor tersebut tentu lebih memilih untuk berinvestasi di negara-negara lain yang dianggap memiliki masa depan perekonomian yang cerah, seperti di Amerika. Itulah mengapa, permintaan dollar kian meningkat sangat banyak.

Jika investor-investor tersebut sudah memutuskan akan mengalirkan dana investasi ke Amerika, maka mereka perlu memindahkan dana (yang sudah terlanjur dikirim ke Indonesia) ke Amerika.

Untuk mewujudkan pemindahan itu, mereka akan menukarkan rupiah menjadi dollar USA. Hal ini membuat supply mata uang dollar USA jadi berkurang, dan sebaliknya, supply mata uang rupiah jadi meningkat lebih banyak.

Jadi, sudah paham kan, mengapa belakangan ini Indonesia kurang menjadi minat para investor?

Karena wabah virus COVID-19, negara Indonesia terpaksa harus menjalani ketidakstabilan ekonomi dan politik. Ketidakstabilan inilah yang menghambat dan mengurungkan niat para investor untuk berinvestasi di Indonesia.


#2 Impor Meningkat Namun Ekspor Tidak

ekspor impor - mata uang rupiah anjlok

Peningkatan impor akan membuat permintaan dollar USA meningkat. Dengan demikian, nilai mata uang rupiah akan berkurang (anjlok) karena terus menerus ditukarkan ke dalam bentuk dollar.

Hal tersebut menyebabkan supply rupiah semakin naik beriringan dengan permintaan dollar yang juga naik.

I. Penyebab Turunnya Ekspor dari Indonesia ke Negara Lain

  • Perang dagang antara China dengan Amerika Serikat

Cina memberikan tarif bea masuk senilai US$ 75 miliar untuk barang-barang yang diimpor dari Amerika Serikat, seperti produk pertanian, pakaian, mobil, bahan kimia dan tekstil.

Presiden AS, Donald Trump pun juga melakukan hal yang sama. Ia menaikkan tarif bea masuk sebesar 5% untuk barang-barang yang diimpor dari Cina.

Sesuai dengan pernyataannya, Trump tidak ingin Amerika Serikat bergantung kepada Cina yang berujung pada defisit perdagangan serta pencurian kekayaan intelektual.

Tentu saja, hal tersebut membawa dampak buruk bagi negara Indonesia terutama dalam hal ekspor. Permasalahan ini bisa melemahkan ekspor Indonesia dan mempengaruhi ketidakseimbangan nerasa perdagangan Indonesia.

Ketika perang dagang ini terjadi, kedua negara tersebut akan mengurangi produksi yang kemudian berdampak pada Indonesia selaku eksportir bahan baku.

Selain itu, perang dagang antara Cina dan AS juga dapat membuat negara lain mengalihkan barang-barang mereka ke Indonesia (yang sebelumnya akan dikirim ke AS atau Cina).

  • Kebijakan Impor Khusus dari Negara Tujuan

Kasusnya mirip seperti perang dagang antara AS dan Cina. Namun, kali ini melibatkan kebijakan impor khusus dari negara tujuan.

Misalnya, India baru saja menaikkan tarif bea masuk kelapa sawit di negaranya yang kemudian peraturan tersebut akan mempengaruhi daya beli kelapa sawit yang diekspor oleh Indonesia ke India.

Beberapa contoh kebijakan impor seperti:

Larangan Impor – Kebijakan ini dilakukan jika suatu negara diharuskan untuk menghemat devisanya. Tidak hanya itu, barang-barang yang dianggap berbahaya juga bisa saja dilarang untuk masuk.

Penerapan Tarif – Adanya pengenaan tarif yang tinggi untuk barang-barang impor tertentu. Kebijakan ini diharapkan dapat membantu meningkatkan daya saing barang-barang produksi dalam negeri di pasaran.

Pembatasan Kuota Impor – Biasanya kebijakan kuota impor ini sudah diprediksi sebelumnya. Tapi, dalam perdagangan bebas, pembatasan kuota impor tidak lagi berlaku karena bisa menghambat proses perdagangan Internasional.

II. Penyebab Meningkatnya Impor dari Luar Negeri ke Indonesia

Perkembangan Industri di Indonesia Kurang Baik

Banyak pakar perekonomian di Indonesia yang menyadari bahwa adanya ketidakseimbangan antara impor dengan ekspor. Di mana rata-rata pertumbuhan impor mencapai 22%, sementara ekspor hanya 8% (berdasarkan data tahun 2018).

Basis industri bahan baku di Indonesia diakui masih lemah sehingga menyebabkan pertumbuhan ekspor cenderung lambat. Bahkan, pemenuhan kebutuhan dalam negeri masih mengandalkan bahan baku impor yang berasal dari negara lain.

Mayoritas Produk Impor Indonesia adalah Bahan Baku Setengah Jadi

Penyebab utama yang membuat munculnya ketidakseimbangan antara impor dan ekspor yaitu begitu banyaknya barang-barang impor jenis bahan baku setengah jadi.

Jumlah bahan baku setengah jadi tersebut mencapai 75%. Kemudian disusul dengan barang modal sebesar 15% dan barang konsumsi sebesar 10%.

Ada tiga komoditas terbesar yang jumlah impornya paling tinggi, yaitu:

  • Besi dan baja.
  • Petrokimia; PVC, polyester, plastik, obat-obatan.
  • Basic chemical.

III. Perbandingan Nilai Impor dan Ekspor Tahun 2019

Berikut ini adalah laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai nilai ekspor-impor dan neraca perdagangan pada bulan September 2019.

Ekspor

Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 14,10 miliar. Ada penurunan sebesar 1.29% dibandingkan bulan sebelumnya (Agustus 2019) dan penurunan sebesar 5.74% dibandingkan tahun sebelumnya (September 2018).

Secara sektoral, berikut ini adalah perubahan ekspor pada September 2019 secara tahunan:

  • Migas: turun 37.13% menjadi US$ 0,83 miliar
  • Pertanian: naik 12.24% menjadi US$ 0,36 miliar
  • Pengolahan: turun 0.44% menjadi US$ 10,85 miliar
  • Pertambangan: turun 14.82% menjadi US$ 2,06 miliar
Impor

Sementara itu, nilai impor Indonesia mencapai US$ 14,26 miliar. Ada kenaikan sebesar 0.63% dibandingkan bulan sebelumnya (Agustus 2019) dan penurunan sebesar 2.41% dibandingkan tahun sebelumnya (September 2018).

Menurut pengeluaran barang, berikut ini adalah perkembangan impor pada September 2019:

  • Barang konsumsi: naik 6.09% menjadi US$ 1,41 miliar
  • Bahan baku/penolong : turun 5.91% menjadi US$ 10,26 miliar
  • Barang Modal : naik 8.91% menjadi US$ 2,59 miliar

Barang modal cenderung bergerak positif. Tapi, ada beberapa barang yang mengalami kenaikan seperti laptop, notebook, komputer, dan beberapa mesin, serta perlengkapan.


#3 Utang Indonesia kepada Negara Lain Semakin Meningkat

utang negara - mata uang rupiah anjlok

Dilihat dari jenisnya, utang Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu utang dalam negeri (domestik) dan utang luar negeri.

Di mana utang dalam negeri tetap menggunakan mata uang rupiah, sedangkan utang luar negeri berupa valuta asing (valas) dan paling banyak berupa dollar USA (USD).

Utang luar negeri inilah yang dapat membuat nilai mata uang rupiah semakin anjlok, mengingat utang luar negeri bentuknya dikonversikan ke mata uang lain. Dengan begitu, dapat diartikan selalu ada risiko dari pergerakan nilai tukar yang terjadi.

Baca juga: Strategi Bank Indonesia Dalam Meningkatkan Inklusi Keuangan

Sederhananya, utang luar negeri menggunakan kurs mata uang negara lain yang harus dibeli dengan cara menukarkan rupiah ke kurs mata uang negara tersebut. Maka, ketika rupiah melemah terhadap dollar USA, maka beban utang luar negeri juga akan semakin naik

Pergerakan nilai tukar rupiah juga sangat dipengaruhi oleh kondisi eksternal, baik global maupun domestik. Jadi, apabila ada gejolak di luar negara Indonesia, maka mata uang global juga akan terpengaruh.


#4 Kebijakan The Fed dan Pemerintah Dunia Lainnya Terkait Keadaan Perekonomian Negaranya Masing-Masing

dollar amerika serikat bank sentral

I. Kebijakan Amerika Serikat

Federal Reserve System (The Fed), yang merupakan bank sentral Amerika Serikat, mengeluarkan beberapa kebijakan keuangan yang bertujuan untuk menstabilkan perekonomian negara USA.

Kebijakan tersebut tentunya akan mempengaruhi kondisi keuangan global, mengingat USA adalah salah satu negara dengan pelaku ekonomi yang paling berpengaruh di dunia.

Seperti pada tahun 2008 silam, The Fed pernah melakukan Quantitative Easing atau Tapping Off untuk memulihkan kondisi ekonomi ketika Amerika mengalami krisis ekonomi yang cukup parah.

Atau, pada tahun 2013, The Fed melakukan pemotongan dan pembatasan pembelian obligasi yang menyebabkan nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saling berfluktuasi sangat tajam.

Tentu saja, hal tersebut bisa mempengaruhi kondisi perekonomian di Amerika sebagai pemulihan yang nantinya akan mengganggu lalu lintas jalur keuangan dunia.

Akibatnya, rupiah pun akan terus merosot jauh dengan peningkatan yang tidak seberapa.

Lalu, bagaimana situasinya saat wabah virus corona menyerang berbagai negara di dunia dan secara tidak langsung menghancurkan sebagian perekonomian negara?

The Fed mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan sebuah program yaitu Money Market Mutual Fund Liquidity Facility (Fasilitas Likuiditas Reksa Dana Pasar Uang), di mana mereka akan mengalirkan dana sebesar US$ 10 miliar untuk perlindungan kredit.

Tujuannya adalah untuk menopang reksa dana pasar uang (pasar pendanaan jangka pendek) demi meningkatkan likuiditas dan kelancaran fungsi pasar uang di tengah ketegangan penyebaran virus corona.

The Fed juga telah memangkas suku bunga hingga mendekati 0% dan mengatakan akan membeli sekuritas, sekurang-kurangnya US$ 700 miliar.

II. Kebijakan Cina

Selain kebijakan dari Amerika Serikat, negara Cina juga mengeluarkan kebijakan keuangan lain yang menguntungkan negaranya.

Pada hari Pembukaan Kongres Rakyat Nasional Cina (2019), Perdana Menteri Li Keqiang mengumumkan bahwa adanya pemotongan pajak dan peningkatan anggaran pertahanan untuk mendorong perekonomian mereka yang mulai melemah.

Secara lebih lengkap dikatakan, pemerintah Cina akan memotong US$ 298 miliar pajak perusahaan dan biaya kontribusi asuransi sosial, serta menurunkan PPN untuk sektor manufaktur (dari 16% menjadi 13%).

Pada saat Cina melambatkan perekonomiannya, terkait dengan perang dagang dengan Amerika Serikat, permintaan Cina akan produk-produk dari negara berkembang cenderung menurun.

Sehingga aktivitas ekspor atau pasokan valuta asing bagi negara berkembang (termasuk Indonesia) jadi berkurang.

Sebaliknya, aktivitas impor justru malah bertambah karena ada pengalihan produk dari AS ke negara-negara berkembang seperti Indonesia.

III. Kebijakan Indonesia

Kini, waktunya mengetahui apa yang dilakukan pemerintah dan bank sentral Indonesia untuk mengatasi permasalahan terkait ketidakseimbangan perekonomian yang terjadi belakangan ini.

Apa saja kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan?

Pemerintah berusaha keras menjadikan sektor usaha semakin produktif melalui kebijakan sektor riil berikut ini.

  • Menambah pasokan valas dengan peningkatan ekspor.
  • Meningkatkan daya saing industri nasional.
  • Menguatkan pendapatan pariwisata.
  • Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berkualitas.
  • Membangun infrastruktur.
  • Menghilangkan hambatan yang bisa mengganggu iklim investasi.

Bank Indonesia juga berupaya keras menjaga pasokan dan mengendalikan permintaan valas agar seimbang, yaitu dengan:

  • Melakukan intervensi pasar valas dan juga pasar Surat Berharga Negara (SBN).
  • Mengatur permintaan valas di masyarakat dengan membatasi aktivitas beli valas yang tidak jelas tujuan pembeliannya.

Lalu, apa yang harus dilakukan Warga Negara Indonesia (WNI) untuk mengatasi hal ini?

Tentu saja, selalu berpikir kreatif dalam meningkatkan daya saing industri. Seperti, mencari pengganti bahan baku impor yang bisa diproduksi di dalam negeri dan juga berhati-hati bila melakukan pinjaman luar negeri.

Nah, jika kebijakan-kebijakan tersebut tidak berjalan dengan semestinya, bisa dipastikan aktivitas ekspor-impor tetap tidak bisa seimbang sehingga dapat membuat nilai mata uang rupiah anjlok seketika.


#5 Perbedaan Inflasi di Negara Indonesia dengan Negara Lain

inflasi keuangan

Inflasi merupakan proses peningkatan harga-harga secara umum dan bersifat kontinu, terkait dengan mekanisme pasar yang disebabkan oleh banyak faktor (terutama produksi, konsumsi, dan distribusi).

Inflasi digolongkan menjadi empat, yaitu:

  1. Inflasi Ringan; <10% per tahun
  2. Inflasi Sedang; 10% – 30% per tahun
  3. Inflasi Berat; 30% – 100% per tahun
  4. Hiperinflasi; > 100% per tahun

Inflasi memang dibutuhkan untuk memajukan perekonomian, namun dengan angka yang wajar. Jika terlalu besar, dampaknya juga akan merugikan negara seperti:

  • Daya beli masyarakat menjadi lemah karena harga barang yang terus melambung tinggi dan menyamai nilai rupiah dengan kurs negara lain. Namun, di samping itu, gaji pegawai perusahaan tidak mengalami kenaikan.
  • Rupiah akan terlalu banyak beredar di masyarakat sehingga membuatnya menjadi kurang berharga. Hal tersebut menjadi pendukung melemahnya nilai rupiah atau membuat mata uang rupiah otomatis menjadi anjlok jika dibandingkan dengan kurs lain yang lebih langka.

Perjalanan inflasi di Indonesia tidaklah stabil. Selalu terjadi kenaikan dan penurunan yang cukup tajam setiap tahunnya. Walaupun tingkat inflasi zaman sekarang masih lebih baik dibandingkan tingkat inflasi di zaman dulu (masa Ir. Soekarno).

Selanjutnya, di masa Soeharto, pemerintah terus berusaha menekan inflasi walaupun sulit mencapai angka rata-rata di bawah 10%. Bahkan, di tahun 2000-an awal, kenaikan inflasi terkadang masih di atas 10%. Seperti pada tahun 2005, tingkat inflasi mencapai 17.11%.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi aktual pada tahun 2018 sebesar 3.13% yoy. Sementara tahun 2019 lalu, inflasi semakin menurun di angka 2.72% yoy.

Apakah ini menunjukkan akhir yang baik?

Belum tentu. Tingkat inflasi yang sangat rendah, bukan berarti bisa membuat perekonomian Indonesia lebih sukses. Justru, akan ada dampak negatif yang dirasakan khususnya pada produsen atau pengusaha manufaktur, seperti:

  • Suku bunga acuan diturunkan oleh bank sentral.
  • Keuntungan dagang sangat rendah dan minim.
  • Penjualan sulit mencapai target.
  • Terjadi PHK paksa karena sulit membayar pegawai.

Maka dari itu, sangat diharapkan pada tahun 2020 ini, tingkat inflasi kembali di titik normal dan tidak mengalami kenaikan yang tajam.

Jika kenaikan tersebut benar-benar terjadi, maka bisa dipastikan semakin melemahnya nilai mata uang rupiah dan bahkan anjlok lebih parah.


#6 Besar Bunga yang Diberikan oleh Bank atau Lembaga Keuangan Lainnya

imbal hasil - high return - suku bunga

Tingkat suku bunga diatur oleh bank sentral. Jika bank sentral menaikkan suku bunga dalam jangka waktu yang panjang, maka nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap negara lainnya akan terus meningkat.

Kenaikan suku bunga bisa menunjang penguatan mata uang yang menarik para investor dalam mencari high return untuk penanaman modalnya, sehingga permintaan terhadap mata uang tersebut pun naik.

Secara sederhananya, besar suku bunga menentukan nilai mata uang suatu negara. Semakin tinggi suku bunga, maka semakin tinggi pula permintaan akan mata uang tersebut.

Akibat dampak dari wabah virus corona, bank sentral Amerika Serikat terus berupaya memangkas suku bunga acuan sehingga membuat rupiah berada di angka Rp14.171 di awal bulan Maret 2020.

Namun, pada 1 April 2020 ini harga dollar USA sudah menyentuh angka Rp16.382, di mana supply rupiah justru semakin meningkat. Hal ini berdampak semakin melemahnya nilai mata uang rupiah.

Perlu diketahui, dampak naik turunnya nilai tukar mata uang tidak hanya terjadi ketika perubahan suku bunga diumumkan, tapi juga saat munculnya isu yang berkaitan dengan peluang perubahan suku bunga.


#7 Pengaruh Politik Terhadap Nilai Tukar Mata Uang Asing Terhadap Rupiah

8 Penyebab Melemahnya Rupiah Terhadap Dollar USA

Tidak hanya aktivitas ekspor-impor, tingkat suku bunga, dan inflasi yang bisa mengakibatkan melemahnya nilai mata uang rupiah, aktivitas politik juga bisa mempengaruhinya.

Mengapa?

Seluruh kebijakan ekonomi dijalankan oleh sebuah negara tidak luput dari peran politik yang mendasari pembuatannya.

Berikut ini adalah event politik yang berdampak pada nilai mata uang sebuah negara:

  • Pemilu – Periode pemilu merupakan periode ketidakpastian. Kebijakan yang dijalankan juga sedang berada dalam kondisi yang tidak pasti sehingga menimbulkan potensi risiko yang besar. Ini membuat para pemilik dana lebih berhati-hati dan cenderung lebih memilih untuk mengamankan dana mereka. Karena hal tersebut, sumber dana yang masuk semakin berkurang dan nilai mata uang pun mengalami penurunan.
  • Konflik Antar Negara – Konflik ini akan memunculkan potensi risiko yang sangat besar bagi aset investasi yang ada di sebuah negara. Seperti, menurunkan kinerja perdagangan dan perusahaan multinasional. Jika konflik terus berlanjut sampai terjadi konfrontasi militer, risiko hancurnya aset akan semakin tinggi. Dengan begitu, tidak ada yang mau menerima risiko tersebut dan memilih untuk mengamankan asetnya di negara yang lebih aman.
  • Ketidakpastian Sosial – Kondisi politik yang tidak stabil memiliki pengaruh yang besar terhadap nilai mata uang. Ketegangan sosial atas kondisi politik tersebut dapat mengganggu kondisi ekonomi. Hal tersebut berujung penarikan investasi karena pemerintah dianggap telah gagal dalam menjalankan tugasnya. Akibatnya, nilai mata uang semakin menurun.
  • Kontroversi Politik – Isu dan rumor dari aktivitas para politisi juga mempengaruhi pergerakan mata uang. Ketika pemerintah mengeluarkan pernyataan atau pengumuman yang berpotensi mengubah sistem politik dan ekonomi negara tersebut, nilai mata uang akan mudah ikut berubah.

#8 Resesi atau Krisis Moneter di Indonesia Maupun Negara Lain

8 Penyebab Melemahnya Rupiah Terhadap Dollar USA

Terakhir, yang menyebabkan melemahnya rupiah terhadap dollar USA adalah adanya resesi ekonomi di Indonesia maupun di negara lainnya.

Perekonomian suatu negara sangat dipengaruhi oleh perekonomian negara lain di dunia, begitu pula dengan Indonesia. Perekonomian Indonesia sangat bergantung pada negara Amerika Serikat dan Cina.

Oleh karena itu, jika salah satu negara (Amerika Serikat atau Cina) mengalami krisis ekonomi, maka Indonesia juga pasti akan terkena imbasnya.

Besar dampaknya memang tidak sebesar ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi dalam negeri. Namun, tetap saja dapat menghambat perekonomian yang berujung melemahnya nilai mata uang rupiah (anjlok).

Baca juga: Resesi Ekonomi: Apa Itu Resesi Ekonomi dan Apa Saja Indikatornya?

Ada beberapa penyebab terjadinya krisis moneter di suatu negara, yaitu:

  • Kesenjangan produktifitas, sebagai akibat dari lemahnya alokasi aset atau faktor produksi.
  • Tidak ada keseimbangan struktur pada sektor produksi.
  • Lemahnya sistem perbankan di suatu negara, sehingga masalah utang eksternal (luar negeri) beralih menjadi masalah keuangan dalam negeri (domestik).
  • Stok utang luar negeri yang besar dan berjangka pendek, yang menyebabkan kondisi keuangan dalam negeri tidak stabil.
  • Ketidakjelasan perubahan sistem politik.
  • Ketergantungan pada utang luar negeri, berkaitan dengan tindakan pelaku bisnis yang memobilisasi dana dalam bentuk mata uang asing.

Akibat krisis ekonomi ini, situasi politik di suatu negara akan memanas. Hal tersebut akan berdampak besar pada perekonomian negara itu sendiri.

Oleh karenanya, dibutuhkan konsensus politik secara nasional untuk merekonsiliasi keperluan penyelesaian secara tuntas terhadap permasalahan tersebut.

Dengan begitu, suatu negara dapat menyusun Program Nasional untuk bisa keluar dari krisis moneter dan memulihkan pertumbuhan ekonomi nasional seperti sedia kala.


Penutup

Dunia sedang dilanda serangan COVID-19, ini membuat sebagian sistem perekonomian di berbagai negara menjadi tidak seimbang salah satunya adalah melemahnya nilai mata uang rupiah dan sudah dikategorikan anjlok.

Bagaimana agar kondisi finansial kamu bisa tetap dalam kondisi aman? Terutama bagi kamu yang tengah kebingungan menghadapi dunia investasi yang cenderung tidak pasti, bahkan mungkin mengalami kerugian.

Oleh karena itu, gunakan strategi investasi yang lebih baik sehingga nilai finansial kamu tidak lagi terpengaruh dengan melemahnya rupiah. Dengan demikian, dana yang kamu simpan tetap aman dan tetap bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan masa depan.

Salah satu caranya adalah dengan melakukan pendanaan online di KoinWorks. Salah satu produk yang bisa kamu pilih adalah KoinRobo.

Kamu berkesempatan mendapatkan imbal hasil mencapai 13% p.a. per tahun dengan risiko yang minim. Tidak hanya itu, kamu juga turut dianggap berkontribusi untuk kembali meningkatkan perekonomian negara Indonesia.

Yuk, bantu kembali normalkan nilai mata uang rupiah dengan mendanai di Super Financial App KoinWorks!


Dapatkan berbagai informasi seputar Expert dan Gaya Hidup lainnya hanya di KoinWorks.

About the Author
Nimas Des Aristanti

Nimas Des Aristanti

Take a chance and never stop swimming. I'm here with my goals.
Financial calculator to calculate your needs

Calculate all your financial needs in one place