Pernah Dengar Istilah FOMO Syndrome? Kenali Lebih Lanjut, Yuk! – Fenomena FOMO ternyata masih marak diperbincangkan di kalangan masyarakat. Bagi kamu yang belum mengetahui FOMO, perlu nih membaca artikel ini sampai habis.
Istilah FOMO atau Fear of Missing Out ditujukan kepada sebuah penyakit atau sindrom kecemasan sosial. Bahkan istilah ini sudah lama muncul ke permukaan, entah kapan waktu pastinya.
Untuk lebih lengkapnya, mari simak pembahasan mengenai “Apa itu FOMO?” berikut ini, beserta gejala, dampak, dan cara mengatasinya agar tidak semakin memperburuk keadaan.
Daftar Isi
Pernah Dengar Istilah FOMO Syndrome? Kenali Lebih Lanjut, Yuk!
Apa itu FOMO?
FOMO adalah kependekan dari Fear of Missing Out, atau dalam Bahasa Indonesia berarti ‘takut ketinggalan’.
Istilah FOMO pertama kali dikemukakan oleh seorang ilmuwan asal Inggris bernama Dr. Andrew K. Przybylski dan istilah ini pun sudah tercantum di dalam Oxford English Dictionary sejak tahun 2013 lalu.
Bagi kamu yang baru mendengarnya, ini memang sedikit terdengar aneh, tapi pada kenyataannya istilah ini benar-benar ada dan dialami sebagian masyarakat di dunia.
Jika didefinisikan, FOMO atau Fear of Missing Out adalah sebuah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan hal lainnya (yang dilakukan orang lain dan tidak bisa ia lakukan).
Salah satu penyebab sindrom ini muncul yaitu penggunaan media sosial yang berlebihan. Mengapa bisa begitu?
Tanpa kamu sadari, hampir seluruh media sosial (dengan mudahnya) menampilkan jutaan rutinitas kehidupan manusia di dunia. Secara tidak langsung, kamu menikmati hal itu dan perlahan-lahan kecemasan itu pun muncul di dalam alam bawah sadar kamu.
Berbagai pertanyaan seperti, “Aku ingin seperti mereka” atau “Wah, hidup mereka menyenangkan sekali, aku harus seperti mereka” mulai memenuhi pikiran.
Lalu, jika dorongan tersebut tidak dilandasi dengan logika dan usaha yang masuk akal, maka bisa saja kamu melakukan segala hal yang bisa menjadikan kamu ‘seperti mereka’. Hati-hati, itu bisa mencelakakan diri kamu sendiri!
Menurut asisten profesor Texas A&M Health Science Center College of Medicine, Darlene McLaughlin, gangguan FOMO paling banyak terjadi pada generasi milenial (generasi Y) yaitu usia 1980-an hingga 1990-an.
Penelitiannya di Amerika membuktikan ada sebanyak 24% remaja yang menghabiskan waktu mereka di depan smartphone dalam waktu 8 – 10 jam setiap harinya. Jika dibandingkan di Indonesia, mungkin hasilnya akan lebih mencengangkan.
Dikutip dari sciensdaily.com, manusia di dunia ini memiliki kecenderungan mengukur standar hidup mereka berdasarkan unggahan media sosial milik artis ternama dan juga selebgram (atau kini disebut influencer).
Gejala yang Mungkin Timbul
FOMO ternyata sudah masuk dalam kategori gangguan kejiwaan, lho. Di mana gangguan kejiwaan tersebut mendorong keinginan seseorang untuk menjadi seperti orang lain melalui akses media sosial.
Dalam hal ini, pengguna media sosial terbanyak adalah remaja, maka bisa dipastikan bahwa remaja sangat rentan mengalami sindrom FOMO.
Yuk, mulai kenali gejala-gejalanya!
Tidak bisa lepas dari layar ponsel – Kebiasaan memegang gadget seakan sudah tidak bisa dihilangkan. Kamu yang mengalami FOMO akan merasa selalu khawatir berlebihan saat tidak menggenggam ponsel, bahkan dalam waktu sedetik, seolah kamu sudah melewatkan banyak berita terbaru.
Atau, di saat kamu selalu butuh terhubung ke jaringan online setiap saat hanya untuk memeriksa media sosial dan mengetahui kehidupan orang-orang di luar sana.
Lebih parahnya, kamu sampai tidak mampu mengatur waktu bermain ponsel hanya karena perasaan cemas akan kehilangan informasi.
Lebih peduli dengan kehidupan di media sosial – Gejala untuk tampil eksis di dunia maya menjadi salah satu hal yang perlu menjadi concern munculnya sindrom FOMO.
Ajaibnya, media sosial mampu mempengaruhi banyak orang untuk selalu menampilkan sisi terbaik dari diri mereka agar selalu dianggap sempurna oleh orang lain yang melihatnya.
Hati-hati juga, jika kamu mulai merasa tidak peduli dengan kehidupan sosial di dunia nyata, serta keinginan yang besar untuk diakui oleh orang lain di dunia maya. Sepertinya, sindrom FOMO sudah mulai mendekati kamu nih!
Terobsesi dengan kehidupan orang lain – Baik di media sosial maupun di dunia nyata, berhati-hatilah jika kamu mulai merasa terobsesi dengan orang lain yang kamu anggap memiliki citra dan kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan diri kamu.
Karena terobsesi, kamu akan terus menerus mencari tahu. Akibatnya, perlahan-lahan akan muncul perasaan iri, dengki, dan kecemburuan sosial dari dalam diri kamu terhadap orang tersebut.
Berdasarkan survei di majalah Forbes, sindrom FOMO (Fear of Missing Out) dipicu karena rasa ketidakpuasan dalam hidup. Bagi kamu yang mengalami FOMO akan cenderung sering berpikir “apakah orang lain lebih bahagia daripada aku?”.
Nah, berdasarkan tiga gejala di atas, apakah kamu termasuk salah satu orang yang mengalami sindrom ini?
Dampak Buruk Bagi Kesehatan, Kehidupan Sosial, dan Finansial
- Kesehatan
Jika dibiarkan, gangguan FOMO (Fear of Missing Out) ternyata memiliki efek samping yang cukup serius. Secara langsung maupun tidak, FOMO dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan juga psikologis seseorang.
Kecemasan dan ketakutan merupakan sebuah hal yang mampu memicu depresi atau stres berlebihan. Kamu akan merasa kelelahan, gemetar, pusing, sulit konsentrasi, mual, bahkan kesulitan untuk tidur nyenyak.
Akibat seringnya merasakan hal-hal tersebut, bisa saja muncul penyakit lain dalam tubuh kamu, bahkan penyakit yang lebih kronis.
Jika kecemasan dari FOMO ini terjadi dalam jangka panjang, maka bisa berpengaruh pada sistem kardiovaskular dan kesehatan jantung kamu.
Ketika cemas, hormon-hormon stres seperti kortisol dan adrenalin akan dilepaskan dan tentunya dapat berdampak buruk pada bagian tubuh kamu yang lainnya. Sebab, hormon kortisol dapat mencegah pelepasan zat-zat yang menyebabkan peradangan, bahkan mematikan sistem kekebalan alami tubuh.
Kondisi tersebut memungkinkan kamu yang mengalami gangguan FOMO atau kecemasan berlebih mudah terkena virus flu dan juga infeksi.
- Hubungan Sosial
Nah, selain berdampak pada kesehatan, FOMO juga dapat membuat hubungan sosial kamu rusak. Entah di dunia maya atau dunia nyata.
Di samping itu, kamu akan menyakiti perasaan orang lain atas tindakan yang kamu lakukan, lalu berujung pada penyesalan terhadap diri kamu sendiri nantinya.
- Finansial
Lebih parahnya lagi, kamu yang merasa FOMO terhadap tren terkini di masyarakat akan jauh merasakan kerugian yang teramat sangat, terutama dari sisi keuangan.
Kamu cenderung akan melakukan berbagai cara agar bisa mengikuti tren kekinian. Sebab, kamu tidak ingin dianggap remeh dan dianggap kudet alias kurang apdet oleh teman-teman di sekitarmu.
Misalnya, kamu terpaksa membeli produk Apple karena kebanyakan teman-teman kamu adalah pengguna Apple. Padahal di sisi lain, kamu sama sekali tidak membutuhkannya. Kamu hanya ingin lebih diakui dan dihargai oleh mereka.
Pasti, dalam hati kecil kamu mengatakan bahwa ini adalah pemborosan. Daripada untuk membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan, lebih baik kamu memanfaatkannya untuk berinvestasi. Pilihan yang bijak bukan?
Sebagai tambahan informasi, kamu dapat memilih KoinP2P persembahan KoinWorks sebagai alternatif investasi kamu.
Selain mendapat imbal hasil berlipat, kamu juga berkesempatan untuk membantu banyak orang melalui sistem Peer-to-Peer Lending KoinWorks.
Yuk, mulai kurangi tingkat kecemasan kamu dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat! Jangan sampai menyesal setelah kamu menyadari bahwa kamu ternyata sudah mengidap gangguan FOMO (Fear of Missing Out).