Mereka yang perang, negara lain ambruk ekonominya. Yang lebih mengherankan, adanya perang Rusia – Ukraina malah membuat Rusia untung Rp2.400-an triliun, lho. Kok bisa?
Penasaran, dong? Simak ulasan lengkapnya di artikel ini, yuk!
Daftar Isi
Sekilas Tentang Perang Rusia – Ukraina Awal Tahun 2022
Perang antara Rusia dan Ukraina sebenarnya telah berlangsung lama.
Belakangan, perang kembali memanas saat dilakukan pembangunan militer besar Rusia di sekitar perbatasan Ukraina. Tepatnya pada tahun 2021 hingga awal 2022.
Hal ini menyebabkan North Atlantic Treaty Organization (NATO) berspekulasi bahwa Rusia sedang merencanakan invasi yang dibantahnya.
Sedangkan dari sisi Rusia, Vladimir Putin mengkritik perluasan NATO sebagai ancaman bagi negaranya dan menuntut Ukraina dilarang bergabung dengan aliansi militer.
Ia juga mengungkapkan pandangan iredentisme Rusia dan mempertanyakan Ukraina hak untuk berdiri, dan menyatakan bahwa secara salah bahwa Ukraina diciptakan oleh Soviet Rusia.
Hingga pada tanggal 21 Februari 2022, Rusia secara resmi mengakui dua negara separatis yang memproklamirkan diri di Donbas, sekaligus mengirim pasukan ke wilayah tersebut secara terbuka.
Selang tiga hari kemudian, Rusia menginvasi Ukraina. Dalam hal ini, banyak komunitas internasional yang menuduh Rusia melanggar hukum internasional dan melanggar kedaulatan Ukraina.
Tidak hanya itu, banyak pula negara yang menerapkan sanksi ekonomi terhadap Rusia.
Tapi, di luar dugaan, perang tersebut justru membuat Rusia meraup cuan mencapai Rp2.400 triliun hanya dalam waktu 7 bulan, lho.
Simak faktanya pada ulasan di bawah ini.
Akibat Perang, Rusia Raup Cuan Triliunan
Melansir dari laman CNBC Indonesia, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Uno menyatakan bahwa perang Rusia – Ukraina membuat harga minyak mentah melambung naik. Hal ini sangat menguntungkan bagi Rusia sebagai produsen minyak terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Arab Saudi.
Meski Rusia menjual minyak di bawah harga pasar, diperkirakan keuntungan yang diperoleh mencapai US$6 miliar atau Rp89,2 triliun per hari (Kurs Rp14.878 per dolar AS), lho.
Karena untung besar, Sandiaga Uno memprediksikan perang Rusia – Ukraina akan berlangsung lama.
Kalau begitu, enak di Rusia, dong?
Embargo Minyak Rusia Oleh Negara Barat
Perang yang tak kunjung usai akan menguntungkan bagi Rusia. Sebaliknya, negara lain yang terkena imbasnya menjadi sengsara akibat angka inflasi yang tinggi. Hal ini dirasakan pula oleh negara barat.
Untuk membatasi kemampuan Rusia untuk membiayai perang, maka negara barat akan mengeluarkan kebijakan untuk mengembargo impor minyak Rusia secara bertahap hingga sepenuhnya pada akhir 2022.
Di mana sebelumnya, Eropa menggantungkan kurang lebih 40% kebutuhan gasnya pada Rusia.
Nah, bagi kamu yang kurang familiar, embargo adalah larangan yang dikeluarkan pemerintah untuk melakukan ekspor atau impor barang tertentu dari negara lain yang berkaitan dengan kebijakan politik, ekonomi, dan lain sebagainya.
Lalu, akankah embargo minyak Rusia oleh negara barat akan berdampak terhadap Indonesia?
Dampaknya Bagi Indonesia
Menurut Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, kebijakan larangan impor minyak Rusia akan menimbulkan konsekuensi tidak langsung terhadap Indonesia. Selain itu, negara juga kian dilema dalam mengambil keputusan.
Bagaimana tidak?
Jika Indonesia ngotot untuk membeli minyak dari Rusia, ada kemungkinan negara kita akan diembargo oleh Amerika Serikat.
Yang mana, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (BPS), Amerika Serikat berkontribusi terhadap 10,96% total ekspor Indonesia.
Sedangkan, jika Indonesia mengikuti Amerika Serikat untuk embargo minyak Rusia, akan menyebabkan peningkatan beban subsidi dan kompensasi yang harus ditanggung pemerintah. Apalagi, Indonesia merupakan negara importir bersih (net importer) minyak.
Hal ini disebabkan oleh harga minyak Brent yang jauh lebih mahal dibandingkan harga minyak Rusia.
Selain itu, kenaikan nilai impor juga dapat berimplikasi pada pelemahan nilai tukar rupiah, lho. Karena, pemerintah harus mengeluarkan dollar lebih banyak untuk impor Bahan Bakar Minyak (BBM). kemudian, neraca transaksi berjalan Indonesia juga akan terdampak akibat harga produk olahan dari minyak yang akan menyusul naik.
Di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil dan kenaikan beberapa bahan pokok termasuk minyak, ada baiknya kita sebagai individu mempersiapkan keuangan dengan sebaik mungkin.
Jadi, jangan biarkan uang kamu mengendap begitu saja. Ada baiknya kembangkan dengan investasi.
Bagi investor pemula, kamu bisa mulai investasi di produk KoinP2P dari KoinWorks, lho.
Tidak butuh modal banyak, kok. Cukup dengan Rp100 ribu kamu sudah bisa mulai investasi.
Yuk, investasi di KoinP2P!