Tips Memilih Portofolio Investasi

Berinvestasi adalah kebutuhan, khususnya kebutuhan jangka panjang. Banyaknya tawaran investasi yang datang, baik skala kecil maupun skala besar, tentu membuat sebagian masyarakat yang awam bisa salah melangkah. Pada prinsipnya tidak ada perusahaan penyedia instrumen investasi yang berniat menipu jika sudah terdaftar secara resmi di OJK. Yang ada hanyalah investornya yang salah memilih portofolio. Bahkan bisa jadi portofolio investasi yang dipilih tersebut sebenarnya lebih cocok untuk jangka pendek ketimbang jangka panjang. Sebagai contoh, seseorang yang membeli saham sebuah perusahaan yang kebetulan nilainya terdongkrak hanya dalam waktu yang ringkas (misalnya dalam satu atau dua hari) dengan harapan ia bisa menyimpan saham tersebut untuk biaya kuliah anaknya lima tahun lagi. Sayangnya, investor pemula tersebut tidak tahu kalau saham yang sedang ia beli itu adalah saham “gorengan” alias sengaja direkayasa sehingga seolah-olah bernilai tinggi dan terus meningkat. Hingga sampai pada titik tertentu, harga sahamnya melorot hingga ke titik terendah.  Sebagai pemula, investor ini bisa saja menganggap perusahaan broker tempat ia menitipkan dana tersebut sebagai penipu kerah putih (white collar crime).

 

Untuk menghindari kegagalan di tahap awal saat mulai mendanai, Anda harus bisa merumuskan terlebih dulu tujuan Anda menanamkan modal. Apakah untuk jangka pendek (misalnya jalan-jalan ke luar negeri), jangka menengah atau jangka panjang hingga puluhan tahun ke depan. Sebab tujuan berinvestasi sangat berpengaruh terhadap pilihan instrumennya. Portofolio investasi yang Anda miliki kelak nantinya sangat membantu tercapainya tujuan tersebut. Sekali lagi, salah memilih maka gagal memetik hasilnya. Oleh karena itu pelajari berbagai macam tawaran investasi yang datang kepada Anda sebelum memutuskan untuk membelinya.

 

Pada umumnya instrumen investasi  itu terdiri dari beragam varian, seperti reksadana (ada reksadana saham, mata uang asing, dan reksadana syariah), bisnis (jasa, barang), aset tidak bergerak (tanah, rumah, logam mulia), saham, bursa berjangka dan lainnya. Mana yang cocok dengan Anda, bergantung dari karakteristik calon investor tersebut, apakah risk taker atau safe player. Kalau Anda berani menantang resiko (tentunya dengan pertimbangan yang matang dan perhitungan yang cermat), berarti Anda cocok untuk bermain saham dan valuta asing. Jika Anda ingin hidup “normal”, dalam arti tidak suka dengan kejutan-kejutan yang sering terjadi dalam dunia investasi, bisa memilih tanah, logam mulia. Selain itu, karakter investor juga bisa dibagi berdasarkan kapabilitas pribadinya. Jika Anda termasuk orang yang suka membaca, menganalisis, dan membuat perbandingan, maka saham dan forex cocok untuk Anda. Tapi jika Anda tidak punya waktu untuk itu, maka Anda bisa menaruh dana ke manajemen investasi alias reksadana.

 

Ingat pameo dalam dunia investasi bahwa jangan menaruh telur dalam satu keranjang? Kalau Anda adalah orang yang berani mengambil resiko kerugian namun juga memiliki Plan B terhadap kegagalan investasi, maka memiliki diversifikasi portofolio investasi adalah  pilihan yang tepat. Tanamkan sebagian uang ke saham, forex, namun jangan lupa juga untuk menyimpannya dalam bentuk logam mulia sebagai cadangan kalau ternyata Anda merugi di portofolio lainnya. Setidaknya, harga emas selalu naik setiap tahun, dan kalaupun turun tidak terlalu signifikan.  Logam mulia merupakan aset yang likuiditasnya tinggi dan menguntungkan. Ada juga pameo lain yang mengatakan bahwa “emas tidak membuat Anda tambah kaya, melainkan membuat Anda tetap kaya”. Artinya, berinvestasi pada emas merupakan pilihan tepat dalam menghadapi inflasi yang tidak terduga.  Sebab emas adalah instrumen yang “anti-inflasi”.

 

Maka tentukan terlebih dulu karakteristik Anda dalam berinvestasi. Setelah menemukan yang cocok, cobalah mencari informasi yang lebih dalam lagi terutama terkait dengan potensinya di masa depan. Jika Anda memilih saham, sangat direkomendasikan untuk mengkoleksi saham-saham blue chip karena potensi untungnya dalam jangka panjang lebih tinggi daripada saham perusahaan second layer.  Jika memilih reksadana, carilah perusahaan yang telah memiliki pengalaman yang panjang. Kalau perlu, minta testimoni dari orang-orang yang pernah menanamkan modalnya ke reksadana tersebut. Jangan sampai Anda salah memilih manajer investasi untuk mempercayakan dana pasif Anda.

 

So, selamat berinvestasi!

Dapatkan berbagai informasi seputar Tips & Trik lainnya hanya di KoinWorks.

Tentang Penulis
Noviyanto Ewanjaya

Noviyanto Ewanjaya

Head of User Experience for KoinWorks
Kalkulator finansial untuk hitung kebutuhan kamu

Hitung semua keperluan finansial kamu cukup di satu tempat