Bisnis furniture merupakan salah satu jenis usaha manufaktur, yaitu bisnis yang memproduksi produknya sendiri. Mulai dari mempersiapkan bahan mentah hingga mesin produksi sehingga menjalankan bisnis furniture ini membutuhkan dana yang tidak sedikit dan perlu diimbangi oleh pengelolaan omset dan profit dengan tepat.
Daftar Isi
Perbedaan Omset dan Profit Bisnis Furniture
Secara umum, menjalankan bisnis membutuhkan pemahaman terkait penentuan target omset dan profit. Khususnya ketika kamu tertarik dengan bisnis furniture yang membutuhkan modal yang tidak sedikit.
Perbedaan omset dan profit dapat terlihat dari cara perhitungan dari pendapatan atau pemasukan usaha furniture kamu pada setiap bulan atau periodenya.
Omset dapat dihitung dengan cara menjumlahkan setiap pendapatan pada periode tertentu.
Misalnya, kamu menghitung omset usaha furniture setiap satu bulan sekali. Diketahui pada bulan tersebut menghasilkan omset sebanyak Rp 60 juta.
Ketika omset telah dikurangi oleh berbagai pengeluaran bisnis furniture di periode waktu tertentu, maka angka tersebut merupakan profit kamu pada periode waktu tersebut. Jadi, omset adalah pendapatan kotor dan profit sebagai pendapatan bersih.
Oleh karena itu, untuk menentukan omset dan profit pada bisnis furniture, kamu perlu menghitung biaya atau pengeluaran terlebih dahulu.
Menghitung Pengeluaran Bisnis Furniture
Kamu telah mengetahui bahwa omset merupakan penghasilan kotor pada periode atau bulan tertentu.
Nah, dalam menentukan target omset bisnis furniture dapat dimulai dengan melakukan perincian terhadap pengeluaran bisnis furniture kamu di setiap periodenya.
Pengeluaran ini dikenal dengan istilah Harga Pokok Produksi (HPP), yaitu jumlah pengeluaran dari bisnis furniture yang secara langsung atau tidak langsung ketika menghasilkan suatu produk furniture.
Umumnya, pengeluaran dari harga pokok produksi terdiri dari biaya tenaga kerja, bahan baku, alat produksi, dan overhead. Contoh biaya overhead, yakni biaya keamanan, listrik, bensin, dan lain-lain.
Misalnya, kamu adalah pebisnis furniture yang menjual meja kantor. Berikut ini adalah ilustrasi biayanya:
- Biaya alat produksi: Rp 14 juta.
- Biaya tenaga kerja: Rp 43 juta.
- Biaya bahan baku: Rp 188 juta.
- Biaya overhead: Rp 2 juta.
- Total biaya atau pengeluaran: Rp 247 juta.
Setelah mendapatkan angka pengeluaran, kamu bisa menentukan omset dan profitnya.
Contoh Perhitungan Omset dan Profit Bisnis Furniture
Profit bisnis furniture tergantung dari hasil omset yang telah dikurangi dengan pengeluaran pada periode tertentu. Berikut ini adalah penjabaran cara menghitung omset dan profit berdasarkan pengeluaran sebelumnya:
1. Contoh Perhitungan Omset
Omset dapat dihitung berdasarkan hasil penjualan pada periode tersebut. Sementara itu, hasil penjualan merupakan jumlah unit meja kantor yang terjual dikalikan dengan harga per satu unit.
Berikut adalah cara menghitungnya:
Omset = Jumlah Unit Terjual x Harga Per Unit
Perhatikan ilustrasi omset berikut ini.
- Jumlah unit terjual: 120 unit.
- Harga per unit: Rp 4.940.000.
Oleh sebab itu, perhitungan omsetnya adalah:
Omset = 120 Unit x Rp 4.940.000 = Rp592.800.000
Berdasarkan perhitungan di atas, bisnis meja kantormu mendapatkan omset Rp 592,8 juta. Nah, kamu telah mengetahui bahwa bisnis meja kantor ini memiliki pengeluaran Rp 247 juta.
Setelah mengetahui omset dan pengeluarannya, sekarang kamu dapat menentukan berapa profit pada periode tersebut.
2. Cara Menghitung Profit
Profit atau keuntungan bersih merupakan omset yang telah dikurangi pengeluaran. Profit dapat menggambarkan berapa keuntungan sebenarnya yang kamu peroleh.
Berikut adalah cara menghitungnya:
Profit = Omset – Pengeluaran atau Biaya
Perhatikan ilustrasi berikut ini:
- Omset: Rp 592.800.000.
- Pengeluaran: Rp 247.000.000.
Oleh karena itu, profitnya adalah:
Profit = Rp 592.800.000 – Rp 247.000.000 = Rp 345.800.000
Profit atau keuntungan bersih yang kamu dapatkan pada periode tersebut adalah Rp 345,8 juta.
Namun, untuk mendapatkan profit yang diinginkan, omset yang kamu dapatkan harus lebih besar dibanding pengeluarannya. Nah, omset sangat bergantung dari jumlah unit yang terjual.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui berapa unit yang harus terjual.
3. Menghitung Penjualan Unit
Berdasarkan penjabaran sebelumnya, omset pada periode tersebut adalah Rp 592,8 juta. Selain itu, biaya yang perlu dikeluarkan adalah Rp 247 juta.
Tentunya, omset tersebut dapat turun sewaktu-waktu sehingga kamu membutuhkan angka penjualan unit meja jumlah minimal, agar omset setidaknya dapat menutup biaya pengeluaran.
Nah, kamu membutuhkan omset minimal Rp 247 juta, sehingga biaya pengeluaran dapat terpenuhi pada periode tersebut. Omset minimal tersebut dapat terlihat dari berapa total unit yang terjual.
Berikut ini adalah jumlah unit meja kantor yang harus terjual setiap bulannya untuk mendapatkan omset minimal dengan rumus:
Jumlah Unit Terjual = Omset Minimal : Harga Per Unit
Perhatikan ilustrasinya berikut ini:
- Omset minimal: Rp 247.000.000.
- Harga per unit: Rp 4.940.000.
Berdasarkan ilustrasi tersebut, jumlah unit yang harus terjual adalah:
Jumlah Unit Terjual = Rp 247.000.000 : Rp 4.940.000 = 50 Unit
Berdasarkan perhitungan di atas, kamu harus menjual minimal 50 unit meja kantor agar omset dapat menutupi pengeluaran. Sementara itu, kamu harus menjual lebih dari 50 unit meja agar usahamu memperoleh profit.
Oleh sebab itu, dalam memulai bisnis furniture, penting untuk menghitung pengeluaran setiap periodenya agar dapat membuat target omset dan profit yang diinginkan.
Ayo, Mulai Membuat Target Omset dan Profit Bisnis Furniture!
Demikian cara membuat target omset dan profit dalam bisnis furniture. Kamu dapat menerapkannya agar bisnis kamu semakin meningkat omset dan profitnya. Tunggu apa lagi? Ayo, mulai targetkan omset dan profit bisnis furniture kamu!
Bank digital khusus UKM pertama di Indonesia hadir untuk bantu segala keperluan bisnis dan keuangan kamu.
Kemudahan berbagai layanan seperti bebas biaya transfer antar bank dan pinjaman modal tanpa agunan untuk bisnismu hanya dengan KoinWorks NEO!