Sebagai seorang yang menjalankan bisnis, tentu kamu mengetahui pentingnya melakukan evaluasi secara berkala.
Hal ini akan membantu kamu mengetahui sejauh mana harapan konsumen pada bisnismu, hingga apa saja hal yang harus ditingkatkan untuk membuatmu lebih unggul.
Evaluasi sendiri memiliki arti untuk menentukan signifikasi dan nilai terhadap sesuatu.
Jadi, sebenarnya tidak hanya dalam bisnis, dalam segala aspek kehidupan kita harus melakukan evaluasi untuk mengetahui apakah hal yang kita jalankan ini sebenarnya efektif atau tidak.
Dalam evaluasi bisnis, biasanya akan menggunakan beberapa kriteria tetap yang akan mengarahkan kamu mendapatkan solusi untuk beragam masalah yang ditemukan dan membuat bisnis semakin bertumbuh.
Yuk, kita bahas cara selangkapnya!
Daftar Isi
1. Bagaimana Evaluasi Perekrutan Karyawan?
Sebagai seorang yang pebisnis, tak jarang kamu merekrut karyawan untuk membantu kamu menjalankan bisnis.
Tapi perlu kamu ingat kalau manusia sendiri memiliki karakter yang berbeda-beda, namun sebagai pemilik bisnis yang mempekerjakan karyawan kamu bisa membuat kriteria tersendiri dari orang-orang yang ingin kamu pekerjakan.
Baca Juga: 5 Cara Mempertahankan Karyawan Potensial
Perihal ini harus dipilih secara seksama karena karyawan tidak hanya berdampak pada jalannya bisnis, tetapi juga budaya kerja bisnis kamu ke depannya.
Maka dari itu diperlukan adanya evaluasi bisnis yang faktornya datang dari proses perekrutan karyawan.
Apa saja kriterianya?
Kriteria Secara Objektif
Jika melakukan evaluasi secara objektif, maka hal ini bisa didasari dengan sebuah fakta, atau nilai dari orang yang akan direkrut.
Berikut adalah hal-hal objektif yang bisa kami jadikan bahan evaluasi.
- Nilai IPK dari perguruan tinggi untuk menunjukan penguasaan calon karyawan terhadap materi pembelajaran.
- Perguruaan tinggi tempat belajar untuk menunjukan tingkat kompetisi.
- Pengalaman kerja yang relevan dari magang, atau kerja sebelumnya.
- Achievement yang menunjukan calon karyawan bisa melakukan pekerjaan dengan baik seperti angka penjualan atau retensi klien.
Kriteria Secara Subjektif
Kriteria subjektif biasanya lebi sulit dikur, maka dari itu memerlukan seorang ahli yang berperan sebagai evaluator.
Tidak seperti kriteria objektif yang bercermin pada angka dan fakta, dalam kriteria subjektif lebih menekankan kepada sikap hingga pola pikir calon karyawan.
Hal-hal tersebut meliputi:
- Apakah calon karyawan memiliki manajemen stres yang baik?
- Apakah bisa bekerja dengan baik di dalam tim?
- Bagaimana bahasa tubuhnya, apakah menunjukan kepercayaan diri?
- Apakah terbuka dan siap belajar untuk hal baru?
2. Bagaimana Kinerja Karyawan?
Setelah melakukan evaluasi terhadap proses perekrutan karyawan, maka selanjutnya adalah menilai bagaimana kinerja mereka dalam membantu kamu mengembangkan bisnis.
Hal ini seringkali disebut dengan evaluasi kinerja karyawan.
Kamu bisa melakukan hal ini dua kali, yaitu setiap 6 bulan dan 1 tahun sekali.
Cara ini juga bisa menunjukan apakah karyawan tersebut sudah memenuhi segala kriteria yang telah kamu buat saat proses perekrutan.
Kamu juga bisa menilai, apakah karyawan perlu diberikan pelatihan khusus untuk mengembangkan kinerjanya di perusahaan.
Baca Juga: Cara Meningkatkan Kinerja Karyawan dan Indikatornya
Kriteria Objektif
Kamu bisa membuat suatu lembar penilaian dengan pilihan Ya/Tidak.
Kemudian, kamu bisa membuat beberapa pernyataan yang mengidentifikasi area kelemahan atau keunggulan karyawan dalam bekerja.
Tidak hanya sekadar memberikan jawaban Ya/Tidak, tapi sertakan juga alasan dari jawaban yang ada.
Misalnya, target penjualan turun, jangan dulu menyimpulkan bahwa karyawan tersebut malas, tapi bisa saja karena ada faktor lain yang terjadi.
Misalnya peraturan baru yang berubah dalam industri bisnis, atau keadaan di pasar yang memang sedang sulit.
Kriteria Subjektif
Lagi-lagi kamu memerlukan seorang ahli yang akan berperan sebagai evaluator.
Dalam hal ini kamu harus memberikan penjelasan bagaimana kinerja mereka dan apa saja hal-hal yang harus diperbaiki.
Pastikan karyawan memahami dengan jelas apa yang kamu maksudkan.
Selanjutnya, penting juga untuk kamu mengetahui kemajuan dari orang yang dievaluasi tersebut.
Evaluasi subjektif ini biasanya akan menunjukan apakah pelatihan dibutuhkan atau tidak untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam hal kepribadiannya yang berguna bagi bisnis.
3. Evaluasi Kinerja Berkelanjutan
Evaluasi ini biasanya dilakukan setelah kamu memberikan evaluasi dalam setahun bagi karyawan.
Makanya, biasanya evaluasi ini dilakukan setiap 6 bulan sekali, untuk melihat bagaimana progress dari evaluasi sebelumnya.
Apa saja kriterianya?
Kriteria Objektif
- Jumlah ketidakhadiran, kedatangan terlambat dan cuti
- Nilai target penjualan yang dihasilkan
- Jumlah klien yang meningkat
Kriteria Subjektif
- Partisipasi dalam proyek tim
- Sikap ramah dan profesional dengan klien
- Kepercayaan diri saat bekerja sama dengan tim/klien
- Komunikasi yang baik dengan tim
- Kemampuan untuk mengikuti aturan dalam bisnis
Baca Juga: Agar Perusahaan Melesat, Ini 7 Soft Skills yang Perlu Dimiliki Karyawan
4. Apakah Produk Kamu Memiliki Nilai Jual?
Kebanyakan orang ingin memberikan sesuatu yang unik dan mengubah permainan, tapi jangan terlalu khawatir saat menemukan perusahaan lain yang menawarkan produk atau layanan serupa.
Fokus untuk menciptakan nilai jual yang unik dan fitur yang tidak dimiliki pesaing.
Dengan menawarkan lebih banyak manfaat, orang akan cenderung tertarik pada produk atau layanan kamu.
Lakukan evaluasi apakah produk atau jasa yang kamu tawarkan saat ini memiliki nilai jual yang tidak dimiliki oleh pesaing?
Jika kamu belum memilikinya, cobalah untuk membuatnya dan tonjolkan itu kepada calon konsumen.
5. Apakah Ada Permintaan yang Cukup dari Pasar?
Betapapun menakjubkan produk atau layanan kamu, penawaran kamu akan gagal jika tidak ada pembeli.
Tidak ada permintaan berarti tidak ada keuntungan.
Bagaimana cara kamu menciptakan pasar untuk produk atau jasa yang dijual?
Masih terkait dengan poin sebelumnya, produk atau layanan perlu memiliki sentuhan unik dari bisnismu sendiri untuk membuatnya dapat dikenal oleh publik.
Baca Juga: Cara Menemukan Unique Selling Point (USP) Bisnis Tas Kamu
Lebih dari itu, jika kamu bisa memenuhi kebutuhan yang ada atau membuat konsumen lebih nyaman dengan menggunakan produk kamu, maka permintaan akan tercipta.
Dengan terciptanya permintaan, maka kamu telah berhasil membuat pasar sendiri.
Kesimpulannya dalam hal ini berarti setelah kamu menentukan nilai jual, ciptakan kebutuhan di masyarakat dan muncul sebagai penyedia solusi di lapangan.
Contoh: Di saat trend penggunaan e-toll di seluruh gardu toll, para penyedia tong toll mulai bermunculan dengan menyediakan solusi untuk membantu para pengguna toll yang kesulitan saat membayar toll.
Terbukti kan bahwa solusi ini muncul dari tren hingga menciptakan kebutuhan?
6. Riset Pasar adalah Sebuah Keharusan
Tentukan kepada siapa kamu menjual produk.
Berfokus pada target demografis yang jelas sangat membantu dalam pengembangan bisnis.
Maka dari itu, sudahkah kamu mengetahui dengan jelas siapa target konsumenmu?
Dengan mengetahuinya secara jelas, pemasaran dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Contoh: apabila target konsumen adalah generasi milenial dan generasi Z, maka kamu dapat memilih untuk melakukan pemasaran melalui iklan di media sosial khususnya TikTok.
Hal ini pastinya akan lebih efektif dibandingkan beriklan di media lain.
Baca Juga: Cara Pasang Iklan di Google Ads, Login dan Riset Keyword Terbaru 2021
7. Waktunya Eksekusi Hasil Evaluasi
Beberapa orang memiliki masalah yang berlawanan: mereka merasa nyaman untuk memikirkan, meneliti dan menyusun rencana yang bagus tapi menjadi takut ketika saatnya untuk menjalankan gagasan mereka.
Kecemasan itu biasa terjadi dan menunjukkan seberapa besar arti bisnis bagimu.
Tetapi jika kamu yakin dengan ide bisnis, konsep produk, dan lain-lain dan telah melakukan penelitian yang berkualitas, mengapa membiarkan rasa takut menghalangi kamu?
Jalankan setiap inovasi yang ingin dilakukan dari hasil evaluasi yang ada.
Jangan pernah takut untuk terus melakukan perubahan jika kamu telah secara matang mempersiapkannya.
Nah, itulah 7 komponen evaluasi untuk memastikan apakah bisnis yang dijalankan sudah sesuai dengan arah tujuan, atau hanya sekedar berjalan tanpa arah yang jelas.
Pastikan kamu memiliki arahan, tujuan, dan inovasi yang terencana dalam praktiknya.
Apabila kemudian kamu membutuhkan modal tambahan dalam proses inovasi, pengembangan bisnis, atau hal-hal lain yang mendukung kemajuan dari bisnis, jangan ragu untuk mengajukan pinjaman.
Saat ini, KoinBisnis dari KoinWorks hadir untuk menjadi solusi kamu dalam pendanaan bisnis.
Kamu bisa mendapatkan modal bisnis tambahan hingga Rp2 Miliar, dengan bunga rendah 0,75% per bulan.
Untuk bisa mengajukan pinjaman di KoinBisnis, usia usaha Anda harus minimal 2 tahun atau 6 bulan jika Anda memiliki toko online. Kami mohon maaf sebelumnya.
Setelah melakukan penilaian, kami mohon maaf untuk saat ini belum bisa menerima pengajuan pinjaman Anda. Hal ini dikarenakan, kami menemukan pengeluaran Anda ditambah dengan cicilan, lebih besar dibandingkan pendapatan.
Semoga sukses, ya!