Pada tahun 1997-1998 lalu, Indonesia sempat mengalami krisis moneter yang ditandai merosotnya sendi-sendi perekonomian.
Sebenarnya apa itu krisis moneter? Mengapa Indonesia bisa terjebak pada krisis moneter?
Cari tahu jawabannya, yuk!
Daftar Isi
Apa itu Krisis Moneter?
Melansir dari buku Monetary Policy Strategy (2007), krisis moneter adalah krisis yang berhubungan dengan keuangan suatu negara.
Saat krisis moneter terjadi harga aset akan mengalami penurunan yang sangat tajam, bisnis dan konsumen tidak dapat membayar utang, dan lembaga keuangan yang mengalami kekurangan likuiditas.
Krisis moneter juga kerap dikaitkan dengan kepanikan investor akan penurunan nilai aset sehingga mereka memilih untuk menjual aset atau menarik uang dari rekening tabungannya.
Tak hanya itu, kondisi ini juga bisa digambarkan dengan situasi pecahnya gelombang keuangan spekulatif, kehancuran pasar saham, gagal bayar pemerintah, hingga krisis mata uang.
Sebagai negara yang pernah mengalami krisis moneter, penasaran enggak sih?
Apa penyebab Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1997-1998 lalu? Simak ulasannya, yuk!
Penyebab Krisis Moneter di Indonesia
Terdapat beberapa penyebab krisis moneter 1998 terjadi di Indonesia, di antaranya:
1. Menurunnya Nilai Rupiah Terhadap Dolar AS
Sinyal krisis moneter di Indonesia sudah terlihat sejak Agustus 1997. Hal ini ditandai dengan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing khususnya dolar Amerika Serikat.
Menurut Tarmidi melalui penelitiannya, salah satu penyebab merosotnya nilai tukar rupiah adalah permainan spekulan dari dalam dan luar negeri yang tidak hanya menggunakan dananya pribadi, tetapi juga meminjam dana dari perbankan untuk bermain.
Saat itu, mata uang rupiah mengalami penurunan drastis dari rata-rata Rp2.450 per dolar AS per Juni 1997 menjadi Rp13.513 per dolar AS pada akhir Januari 1998.
Bahkan, cadangan devisa negara pun tidak cukup kuat untuk menahan gempuran terhadap kemerosotan tersebut.
2. Akumulasi Utang Swasta Luar Negeri yang Besar
Selain menurunnya mata uang rupiah, krisis moneter 1998 juga terjadi akibat besarnya utang luar negeri Indonesia sektor swasta.
Pada Maret 1998 saja, total utang luar negeri mencapai 138 miliar dolar Amerika Serikat. Parahnya lagi, dua pertiga dari utang tersebut merupakan utang jangka pendek dan harus dibayarkan kembali pada tahun 1998.
Saat itu, cadangan devisa yang hanya sebesar 14,44 miliar dolar Amerika Serikat pun tak cukup untuk membayar utang beserta bunganya.
Hal tersebut kemudian memberikan tekanan berat pada nilai tukar rupiah.
3. Situasi Politik
Ketidakpastian politik dalam pelaksanaan pemilihan umum serta kesehatan Presiden Soeharto pada saat itu yang disinyalir menjadi salah satu penyebab krisis moneter 1998.
Munculnya demo besar-besaran akibat kelangkaan bahan pokok terjadi di mana-mana. Kacaunya situasi pada saat itu membuat investor asing kehilangan kepercayaannya untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
4. Solusi IMF Yang Gagal
IMF merupakan singkatan dari International Monetary Fund atau yang dalam bahasa Indonesia berarti Dana Moneter Internasional. IMF bertanggung jawab atas setiap transaksi internasional yang terjadi antarnegara.
Dalam menangani krisis moneter pada waktu itu, IMF dianggap gagal. Bagaimana tidak?
IMF membuat program secara seragam, padahal masalah yang dihadapi masing-masing negara tidak sama persis.
Selain itu, bantuan IMF yang diberikan kepada tiga negara Asia, yaitu Thailand, Korea, dan Indonesia tidak berhasil. Hal tersebut justru menimbulkan kesan kuat bahwa IMF tidak benar-benar menguasai masalah dari timbulnya krisis sehingga tidak bisa memberikan solusi yang tepat.
Dampak Krisis Moneter 1998 di Indonesia
Selain membuat nilai mata uang rupiah melemah, krisis moneter juga berdampak pada kehidupan sehari-hari masyarakat.
Apa saja dampak yang ditimbulkan akibat krisis moneter 1998?
1. Kenaikan Harga Bahan Pokok
Krisis moneter mengakibatkan nilai tukar mata uang rupiah melemah. Hal tersebut berefek domino pada naiknya harga bahan pokok pada saat itu.
Beberapa barang sulit ditemukan. Pun jika barang yang dicari tersedia, pasti harganya menjadi sangat tinggi. Akibatnya, banyak masyarakat yang protes dengan berdemo.
2. Perusahaan Bangkrut
Tak hanya masyarakat, perusahaan pun ikut terdampak krisis moneter. Banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan akibat tidak mampu membayar dan memakai bahan baku impor maupun membayar utangnya.
Bagaimana tidak?
Krisis moneter membuat sejumlah perusahaan mau tidak mau menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat untuk membeli bahan baku karena nilai mata uang rupiah yang menurun.
Kebangkrutan ini tentu berdampak pula pada kemiskinan dan meningkatnya angka pengangguran akibat pengurangan pekerja perusahaan.
3. Bank di Indonesia Mengalami Kredit Macet
Turunnya nilai rupiah juga berdampak pada bank di Indonesia yang mengalami kredit macet. Hal ini tentu berdampak pada kegagalan bisnis dan utang.
Untuk menyelamatkan perekonomian, pemerintah mengambil langkah untuk menggabungkan beberapa bank dan membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Tujuan inti dari BPPn adalah penyehatan perbankan, penyelesaian aset bermasalah, serta mengupayakan pengembalian uang negara yang tersalur pada sektor perbankan.
4. Demo Besar-besaran
Pernah dengar demo yang terjadi pada Mei 1998?
Demo yang dilakukan oleh mahasiswa di seluruh Indonesia ini dilakukan sebagai bentuk protes dan menuntut Presiden Soeharto untuk mengundurkan diri.
Mereka menuntut untuk diadakan kembali pemilu dan tindakan efektif pemerintah untuk mengatasi krisis.
Hal ini karena pemerintah dianggap tidak serius dalam menghadapi krisis yang terjadi. Belum lagi inflasi dan pengangguran dan korupsi yang membuat kekacauan tak kunjung berakhir.
Hingga akhirnya pada Mei 1998 Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya dan digantikan oleh Presiden B.J. Habibie.
5. Krisis Kepercayaan Negara Asing
Krisis moneter juga membuat investor asing kehilangan kepercayaannya untuk menanamkan modal pada perusahaan dalam negeri.
Investor asing dapat menanamkan modal di perusahaan dalam negeri apabila nilai tukar rupiah sesuai dengan harga pasar.
Akan tetapi, menurunnya nilai mata uang mengakibatkan investor tidak percaya lagi sehingga banyak perusahaan yang terpaksa gulung tikar.
6. Kerusuhan dan Penjarahan
Orde baru dan krisis moneter juga mengakibatkan kerusuhan warga, masyarakat, dan aparat. Akibatnya, pertumpahan darah pun terjadi dan menewaskan beberapa mahasiswa yang terlibat.
Selain itu, kemarahan masyarakat juga mengakibatkan penjarahan barang secara besar-besaran dan perampokan terjadi di beberapa daerah. Belum lagi kasus pelanggaran HAM dan isu rasisme yang terjadi mengakibatkan kondisi semakin kacau pada saat itu.
Ternyata krisis moneter sangat berdampak pada berbagai aspek kehidupan, termasuk bangkrutnya sejumlah perusahaan akibat investor asing yang menarik diri.
Kalau perusahaan yang memiliki investor aja ditinggal, apa kabar UMKM yang tidak memiliki investor?
Tapi, kamu tak perlu khawatir. Karena, usaha kamu tetap bisa bertahan kok! Kan saat ini ada layanan KoinBisnis dari KoinWorks!
Di KoinBisnis, kamu bisa menikmati pinjaman modal usaha dengan bunga mulai dari 0,75% – 1,67% per bulan dengan tenor hingga 24 bulan, lho.
Enggak hanya itu, kamu juga bisa mengajukan pinjaman modal usaha hingga Rp2 miliar!
Jadi, tunggu apalagi?
Yuk, ajukan pinjaman modal usahamu!
Untuk bisa mengajukan pinjaman di KoinBisnis, usia usaha Anda harus minimal 2 tahun atau 6 bulan jika Anda memiliki toko online. Kami mohon maaf sebelumnya. Setelah melakukan penilaian, kami mohon maaf untuk saat ini belum bisa menerima pengajuan pinjaman Anda. Hal ini dikarenakan, kami menemukan pengeluaran Anda ditambah dengan cicilan, lebih besar dibandingkan pendapatan.