Resesi Ekonomi: Apa Itu Resesi Ekonomi dan Apa Saja Indikatornya?

Resesi Ekonomi: Apa Itu Resesi Ekonomi dan Apa Saja Indikatornya?

Resesi Ekonomi: Apa Itu Resesi Ekonomi dan Apa Saja Indikatornya? – Kemajuan dan perkembangan suatu negara ditentukan oleh kegiatan ekonominya. Semakin meningkatnya perekonomian, maka negara tersebut semakin dikatakan berhasil.

Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini ditandai dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) atau pendapatan nasionalnya.

Setiap negara di dunia kian berusaha mendorong perekonomian negara supaya dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah, mulai dari meningkatkan kualitas sumber daya, memperbanyak lapangan pekerjaan, menggenjot nilai ekspor, melakukan perbaikan infrastruktur, hingga menyediakan kesempatan bagi masyarakat untuk berinvestasi.

Baca juga: Apa Perbedaan Investasi Saham dan Obligasi? Ini Penjelasannya!

Itulah mengapa, belakangan ini mulai bertambah banyak perusahaan fintech yang melebarkan sayap mereka dalam memberi akses keuangan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Seperti KoinWorks, perusahaan fintech P2P Lending ini menjadi jembatan antara pebisnis yang membutuhkan dana pinjaman dengan para investor yang memiliki dana lebih. Saling membantu dalam perekonomian adalah yang dibutuhkan negara Indonesia saat ini.

Namun, harapan memang tidak selalu bisa menjadi kenyataan. Pencapaian ekonomi yang makmur dan sejahtera tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal yang tidak mampu diprediksi bahkan dikendalikan, seperti mekanisme pasar global, dan sebagainya.

Inilah mengapa, akan ada masa di mana sebuah negara mengalami permasalahan perekonomian yang disebut dengan istilah resesi ekonomi.


Resesi Ekonomi: Apa Itu Resesi Ekonomi dan Apa Saja Indikatornya?

Apa Itu Resesi Ekonomi?

Apa Itu Resesi Ekonomi?

Mengutip dari situs Wikipedia, resesi berarti kemerosotan, atau sebuah kondisi di mana Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) mengalami penurunan. Lebih tepatnya ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal secara berturut-turut (atau lebih dari setahun).

Resesi ekonomi atau kelesuan ekonomi mengakibatkan penurunan secara simultan pada setiap aktivitas di beberapa sektor ekonomi, seperti lapangan kerja, investasi, hingga keuntungan perusahaan.

Baca juga: Ketahui Hubungan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Teori Harrod-Domar

Ini menimbulkan efek domino, dengan kata lain mampu mempengaruhi kegiatan ekonomi lainnya. Katakanlah, semakin menurunnya kegiatan investasi, maka tingkat produksi atas barang dan jasa juga akan semakin menurun.

Karena situasi penurunan tersebut, akan ada dampak lain yang terjadi. Misalnya, semakin banyak pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja. Dampak lain atas penurunan tingkat produksi juga mengakibatkan daya beli masyarakat menurun, yang berimbas pada turunnya keuntungan perusahaan.

Oleh karena itu, penting sekali mencari jalan keluar untuk mencegah atau menanggulangi permasalahan resesi ekonomi ini.

Sebab, jika tidak segera diatasi, resesi ekonomi yang berlangsung dalam jangka waktu lama akan beralih kondisi menjadi lebih buruk. Sebut saja: depresi ekonomi.

Depresi ekonomi bisa berakibat fatal bagi perekonomian suatu negara, di mana negara akan mengalami kebangkrutan atau kolaps. Ketika sudah berada dalam tahap berbahaya ini, pemulihan perekonomian akan lebih sulit dilakukan.


Indikator Negara Dikatakan Mengalami Resesi Ekonomi

Indikator Negara Dikatakan Mengalami Resesi Ekonomi

Tentu saja, ada indikator-indikator yang menjadi tolok ukur suatu negara mengalami resesi ekonomi. Apa saja? Mari simak poin-poin berikut ini!

I. Pertumbuhan ekonomi yang lambat atau menurun selama dua kuartal (enam bulan) berturut-turut

Seperti yang diketahui, perkembangan ekonomi digunakan sebagai tolok ukur dalam menentukan baik buruknya kondisi perekonomian suatu negara.

Dengan kata lain, jika negara tersebut mengalami pertumbuhan yang positif (naik), maka kondisi ekonomi negara tersebut dikatakan baik. Berlaku juga sebaliknya.

Pertumbuhan ekonomi ini mengacu pada pendapatan nasional (PDB/GDP) yang merupakan jumlah total dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, serta ekspor (dikurangi nilai impor).

Apabila pendapatan nasional suatu negara mengalami kemerosotan selama enam bulan berturut-turut, dari tahun ke tahun, maka dapat dipastikan bahwa negara tersebut mengalami resesi ekonomi.

II. Terjadi inflasi atau deflasi yang tinggi

Indikator selanjutnya adalah terjadinya peningkatan inflasi dan deflasi yang berlebihan.

Inflasi memang sangat berguna untuk alasan dan kepentingan tertentu, namun jika terlalu tinggi dikhawatirkan akan mempersulit kondisi ekonomi masyarakat.

Inflasi tinggi, itu berarti harga produksi dan komoditas menjadi mahal sehingga tidak mampu dijangkau oleh masyarakat, khususnya bagi kalangan menengah ke bawah. Kondisi perekonomian akan semakin parah jika kenaikan inflasi tersebut tidak diikuti dengan daya beli masyarakat yang tinggi.

Selain inflasi, deflasi yang tinggi juga bisa menyebabkan resesi ekonomi. Harga komoditas yang menurun secara drastis ternyata mampu mempengaruhi tingkat pendapatan dan laba perusahaan. Hingga pada akhirnya, perusahaan mengalami kerugian karena biaya produksi yang tidak tertutupi (akibat harga jual yang ikut menurun).

III. Nilai impor lebih besar daripada nilai ekspor

Aktivitas ekspor dan impor perlu dilakukan untuk menjalin kerja sama ekonomi dengan negara Internasional. Dengan adanya kegiatan ekspor dan impor barang, kebutuhan akan suatu produk di masing-masing negara akan terpenuhi dengan baik.

Bagi negara yang kekurangan komoditas karena tidak mampu melakukan produksi sendiri, bisa memilih untuk mengimpor dari negara lain. Sementara, bagi negara yang memiliki komoditas lebih maka bisa melakukan ekspor ke negara lain yang membutuhkan.

Namun, untuk kestabilan perekonomian negara, jangan sampai aktivitas impor lebih besar dibandingkan ekspor. Ini bisa berisiko defisit anggaran negara, hingga akhirnya pendapatan nasional akan menurun. Buruknya lagi, negara akan mengalami resesi ekonomi.

IV. Tingkat pengangguran tinggi

Sumber daya manusia berupa tenaga kerja menjadi salah satu faktor dalam produksi yang memiliki peran penting dalam perekonomian bangsa.

Apabila negara tidak mampu menciptakan atau menyediakan lapangan kerja bagi pekerja lokal, maka tingkat pengangguran akan semakin tinggi.

Akibatnya, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup cenderung rendah sehingga memicu tindakan kriminal pada masing-masing anggota masyarakat.

Negara yang tingkat penganggurannya tinggi, bisa diindikasikan akan mengalami resesi dalam waktu dekat. Buruknya lagi, tidak ada yang bisa memprediksi itu.

V. Adanya ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi

Keseimbangan antara produksi dan konsumsi menjadi dasar pertumbuhan ekonomi suatu negara. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara keduanya, maka bisa muncul permasalahan dalam siklus ekonomi yang berjalan.

Jika jumlah produksi yang tinggi tidak diikuti dengan jumlah konsumsi yang tinggi pula, maka akan ada penumpukan stok barang produksi. Namun, jika jumlah konsumsi lebih banyak daripada jumlah produksi (persediaan barang), maka kebutuhan masyarakat sulit untuk dipenuhi.

Mau tidak mau, negara harus melakukan impor demi tercapainya keseimbangan itu. Tapi, hal ini justru akan akan berakibat pada penurunan keuntungan perusahaan yang akan melemahkan pasar modal.


Kondisi Ekonomi Negara Indonesia Saat Ini

Kondisi Ekonomi Negara Indonesia Saat Ini

Resesi sering juga ditandai dengan krisis ekonomi, di mana terjadinya ketidakstabilan perekonomian negara. Jika kamu masih ingat, Indonesia sempat mengalami krisis moneter di berbagai sektor ekonomi tahun 1997 hingga 1998.

Dimulai dari menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang menyebabkan harga kebutuhan pokok semakin tinggi, ini terjadi pada bulan Juli 1997.

Peristiwa tersebut juga disebabkan oleh faktor-faktor eksternal (di luar ekonomi), seperti gejolak sosial dan politik global yang semakin memanas di kawasan Asia.

Dalam sejarah perekonomian di dunia, tidak sedikit negara yang mengalami krisis dan terperangkap dalam resesi ekonomi. Pada tahun 2008 hingga 2009, sedikitnya ada 17 negara Uni Eropa mengalami masa resesi karena krisis moneter.

Tidak hanya negara berkembang, negara maju seperti Rusia juga pernah mengalami resesi ekonomi, lho. Resesi di Rusia disebabkan oleh pencapaian PDB/GDP yang rendah karena pasar modal dunia menolak keberadaan perusahaan-perusahaan dari Rusia. Akibatnya, tingkat inflasi di Rusia semakin tinggi sehingga mengalami defisit anggaran keuangan.

Baca juga: 4 Hal Ini Bisa Tingkatkan Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi, Lakukan Yuk! 

Berdasarkan peristiwa-peristiwa di atas, cukup terbukti bahwa tragedi resesi ekonomi dipengaruhi oleh banyak faktor. Tidak melihat dari seberapa majunya negara tersebut, peristiwa ini tetap akan menghampiri apabila pemerintah dan masyarakat tidak tepat dalam menyikapinya.

Lalu, bagaimana dengan negara Indonesia?

Sudah banyak pengamat dan ahli ekonomi yang memprediksi bahwa Indonesia akan mengalami resesi di tahun 2020 ini. Melihat kondisinya, tidak dapat dipungkiri bahwa kemungkinan terjadinya resesi akan selalu ada.

Indonesia sebenarnya sudah mengalami beberapa indikator yang mengakibatkan resesi, seperti:

  • Nilai impor lebih besar daripada nilai ekspor.
  • Harga barang komoditas semakin melonjak tinggi.
  • Biaya listrik, bahan bakar, dan pajak kian meningkat.
  • Tingkat daya beli masyarakat semakin menurun.
  • Tingkat pengangguran semakin tinggi.
  • dan masih banyak hal lain yang terjadi di Indonesia.

Bahkan, sudah ada gerai-gerai perusahaan ternama yang tutup akibat alami kerugian yang lumayan besar, seperti Seven Eleven dan Matahari Department Store.

Kedua gerai yang namanya sudah terkenal di masyarakat itu tidak mampu melanjutkan bisnisnya karena semakin menurunnya daya beli masyarakat sehingga kegiatan ekonomi menjadi lesu.

Penutupan gerai tersebut juga berdampak besar bagi sejumlah tenaga kerja yang terpaksa di PHK, hingga akhirnya menambah angka pengangguran (yang sebenarnya sudah banyak).

Baca juga: #PengaruhBaik Investasi Obligasi Terhadap Pembangunan Ekonomi di Indonesia

Isu prediksi resesi ekonomi terjadi di Indonesia ini memang masih belum pasti dan masih menjadi kontroversi. Mengapa?

Pemerintah menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian Indonesia masih stabil di level 5%, di mana kondisinya masih bisa disebut ‘baik-baik saja’ meskipun utang luar negeri sudah melonjak tinggi.

Di samping itu, data dan situasi di lapangan (seperti yang sudah dipaparkan tadi) menyatakan bahwa ‘Indonesia sedang tidak baik-baik saja’.

Sekuat apa pun ekonomi suatu negara, selalu ada celah yang membuatnya melemah. Itu artinya, masyarakat Indonesia harus selalu siap jika sewaktu-waktu negara ini mengalami resesi ekonomi.

Sebagai warga negara yang baik, lakukanlah sesuatu yang bisa kamu lakukan untuk ikut serta membantu meningkatkan perekonomian negara.

Misalnya, berinvestasi surat negara seperti SBR atau ORI, maupun investasi Peer-to-Peer Lending, keduanya bisa kamu pilih sebagai kontribusi memperbaiki pertumbuhan perekonomian nasional.

Sebagai tambahan informasi, bagi kamu yang masih mencoba atau belajar mendanai, KoinWorks adalah pilihan yang tepat. Kamu bisa mendanai mulai dari Rp100.000 dengan imbal hasil efektif 18% p.a. per tahunnya.

Keamanan mendanai di KoinP2P persembahan KoinWorks juga terjamin karena sudah memiliki izin resmi dan diawasi langsung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kamu pun tidak perlu khawatir lagi tertipu investasi bodong!

Bagaimana? Sudah siap berkontribusi lebih banyak? Yuk, mendanai di Super Financial App KoinWorks!

Referensi; simulasikredit.com

Dapatkan berbagai informasi seputar Daily lainnya hanya di KoinWorks.

Tentang Penulis
Nimas Des Aristanti

Nimas Des Aristanti

Take a chance and never stop swimming. I'm here with my goals.
Kalkulator finansial untuk hitung kebutuhan kamu

Hitung semua keperluan finansial kamu cukup di satu tempat